Makalah Penganggaran Modal (Capital Budgeting)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Masalah modal dalam perusahaan merupakan
persoalan yang tidak akan pernah berakhir, mengingat masalah modal mengandung
begitu banyak aspek. Untuk mengetahui pengertian modal dalam keputusan
pendanaan dapat dipahami malalui definisi-definisi modal yang dikemukakan oleh
para ahli keuangan berikut (Riyanto,
2010:18). Polak (dalam Riyanto,
2010:18) mengartikan modal adalah sebagai suatu kekuasaan untuk menggunkan
barang-barang modal. Dengan demikian modal adalah yang terdapat dalam neraca
sebelah kredit. Adapun yang dimaksud dengan barang- barang modal adalah
barang-barang yang ada dalam perusahaan yang belum digunakan. Jadi yang
terdapat dalam neraca sebelah debit.
Menurut Garrison, Norren and Brewer (2007:4), “Anggaran adalah rencana
terperinci tentang perolehan dan penggunaan sumber daya keuangan dan sumber
daya lainnya selama suatu periode waktu tertentu”. Menurut M. Nafarin
(2004:12), Anggaran merupakan rencan tertulis mengenai kegiatan suatu
organisasi yang dinyatakan secara kuantitif dan umumnya dalam satuan uang untuk
jangka waktu tertentu.
Penganggaran modal atau capital budgeting
adalah suatu aspek penting bagi manajer dalam mengambil keputusan investasi.
Investasi adalah penempatan dana di masa sekarang dengan harapan untuk
memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Investasi tidak hanya yang
berkaitan dengan bidang keuangan saja namun dapat berupa penggantian, perluasan
produk atau pasar yang sudah ada, perluasan ke produk atau pasar baru, proyek
keselamatan dan/atau lingkungan hidup dan lain-lain (Brigham, 2011). Menurut
Keown Arthur (2005:306), penganggaran modal adalah proses pembuatan keputusan
investasi pada aset tetap. James C. Van Horne (2004:324) menyatakan bahwa
penganggaran modal merupakan proses identifikasi, analisis, dan memilih proyek
investasi yang pengembaliannya (arus kas) diharapkan lebih dari satu tahun.
Penentuan waktu investasi
yang tepat juga berperan penting dalam menentukan saat keputusan investasi akan
dijalankan. Jika sebuah perusahaan meramalkan kebutuhan akan aset-aset modal
sebelumnya, perusahaan tersebut akan dapat membeli dan memasang aset-aset
tersebut sebelum aset dibutuhkan (Brigham & Houston, 2006). Peramalan akan
keputusan investasi yang akurat akan menghindarkan perusahaan dari biaya yang
tinggi serta penimbunan yang menyebabkan pada kerugian ataupun kebangkrutan
(Brigham & Houston, 2006). Keputusan penganggaran modal juga
terkait erat dengan ketersediaan dana. Penentuan alokasi dana serta sumber dana
yang tepat harus dilakukan sebelum investasi dilakukan. Pengaanggaran modal
umunya melibatkan pengeluaran-pengeluaran yang substansial, dan sebelum dapat
menghabiskan sejumlah besar uang, perusahaan harus menyediakan dana tersebut
terlebih dulu (Brigham & Houston, 2006). Guna mencakup kebutuhan akan
peramalan atas keputusan investasi yang tepat, perusahaan harus
mempertimbangkan jenis investasi, ketepatan waktu, serta alokasi dana, sumber
dana, dan ekspektasi tingkat pengembalian di masa depan. Berbagai hal ini dapat
dihitung dengan beberapa metoda penghitungan untuk menilai proyek dan
memutuskan apakah perusahaan akan mengambil proyek tersebut atau tidak. Metoda
tersebut terdiri dari metoda pembayaran kembali, pembayaran kembali yang
didiskontokan, nilai sekarang bersih (Net Present Value –
NPV), dan tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return –
IRR) yang memiliki kelebihan serta kekurangan masing-masing.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapamasalah dalam penulisan makalah ini, antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan Capital Budgeting?
2. Bagaimana Metode-metode Penilain investasi tersebut?
1.3
Tujuan
Tujuan dilakukan penulisan ini adalah
untuk mendapatkan pemahaman mengenai untuk mengetahui lebih jelas lagi apa itu capital budgeting terutama di dalam
konsep cash flow dan mengetahui
tentang metode-metode penilaian usul investasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Capital
Budgeting (Penganggaran Modal)
Penganggaran
modal atau capital budgeting adalah suatu aspek penting bagi manajer dalam
mengambil keputusan investasi. Investasi adalah penempatan dana di masa
sekarang dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang.
Investasi tidak hanya yang berkaitan dengan bidang keuangan saja namun dapat
berupa penggantian, perluasan produk atau pasar yang sudah ada, perluasan ke
produk atau pasar baru, proyek keselamatan dan/atau lingkungan hidup dan
lain-lain (Brigham, 2011). Menurut
Keown Arthur (2005:306), penganggaran modal adalah proses pembuatan keputusan
investasi pada aset tetap. James C. Van Horne (2005:324) menyatakan bahwa
penganggaran modal merupakan proses identifikasi, analisis, dan memilih proyek
investasi yang pengembaliannya (arus kas) diharapkan lebih dari satu tahun.
Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, penganggaran modal atau capital budgeting adalah proses kegiatan
yang mencakup seluruh aktivitas perencanaan penggunaan dana dengan tujuan untuk
memperoleh manfaat (benefit) pada
waktu yang akan datang. Penganggaran modal berkaitan dengan penilaian aktivitas
investasi yang diusulkan. Aktivitas suatu investasi ditujukan untuk mencapai
tujuan yang diharapkan selama periode tertentu di waktu yang akan datang, yang
mempunyai titik awal (kapan investasi dilaksanakan) dan titik akhir (kapan
investasi akan berakhir).
2.2 Klasifikasi Proyek
Perusahaan
umumnya menetapkan beberapa kategori proyek yang menentukan perlakuan
analisisnya. Kategori proyek tersebut adalah sebagai berikut (Brigham &
Houston, 2006).
1. Penggantian; pemeliharaan bisnis
Penggantian atau
pemeliharaan bisnis terdiri dari penggantian peralatan yang sudah aus atau
rusak yang digunakan dalam proses produksi produk-produk yang memberikan
keuntungan. Satu-satunya permasalahan dalam pemeliharan bisnis adalah apakah
sebaiknya operasi terus dilanjutkan dan apakah kita terus menggunakan proses
produksi yang sama? Jika jawabannya adalah iya, maka keputusan-keputusan
pemeliharan umumnya akan dibuat tanpa harus melalui proses pengambilan
keputusan yang rumit.
2. Penggantian; pengurangan biaya
Penggantian dan
pengurangan biaya meliputi pengeluaran-pengeluaran untuk mengganti peralatan
yang sudah usang tetapi masih dapat diperbaiki. Keputusan ini tentu akan
bergantung pada pertimbangan, dan umumnya membutuhkan suatu analisis yang
mendetil karena bertujuan untuk menurunkan biaya tenaga kerja, bahan baku,
dan input lain seperti tenaga listrik.
3. Ekspansi produk atau pasar yang sudah ada
Termasuk dalam ekspansi produk
atau pasar yang sudah ada adalah pengeluaran untuk memperluas jaringan
pemasaran atau distribusi dalam pasar yang saat ini sedang dilayani. Keputusan
dalam kategori ini membutuhkan analisis yang lebih mendetil. Keputusan ini
dibuat oleh manajemen puncak untuk membuat keputusan untuk melanjutkan atau
tidak.
4. Ekspansi ke produk atau pasar yang baru
Kategori ini merupakan investasi
untuk menghasilkan produk baru atau untuk memperluas pemasaran ke daerah
geografis yang saat ini masih belum dilayani. Proyek-proyek seperti ini
melibatkan keputusan-keputusan strategis yang dapat saja mengubah sifat bisnis
secara fundamental, dan proyek tersebut umumnya membutuhkan pengeluaran dengan
jumlah uang yang besar, dan keputusan akhir hanya dapat ditetapkan oleh direksi
perusahaan.
5. Keselamatan dan/ atau proyek-proyek lingkungan hidup
Kategori ini merupakan pengeluaran
yang dibutuhkan untuk memenuhi peraturan pemerintah, perjanjian serikat kerja,
asuransi, dan proyek-proyek yang tidak menghasilkan pendapatan. Proyek yang
kecil akan diperlakukan hampir sama dengan proyek di kategori penggantian;
pemeliharaan bisnis.
6. Lain-lain
Kategori ini meliputi keputusan
mengenai bangunan kantor, lahan parkir, atau pesawat eksekutif. Penanganannya
tergantung kebijakan setiap perusahaan.
2.3 Pentingnya Penganggaran Modal
Menurut Dr. Darmawan Sjahrial (2008:19) capital budgeting memiliki beberapa
peranan penting bagi suatu perusahaan, diantaranya adalah :
Dana yang dikeluarkan untuk penganggaran
modal akan terikat untuk jangka waktu yang lama dan secara berangsur-angsur
melalui penyusutan dapat dicairkan sesuai jangka waktu penyusutan aktiva tetap
tersebut.
Investasi dalam aktiva tetap menyangkut
harapan terhadap hasil penjualan di masa yang akan datang.
-
Pengeluaran
dana untuk kepentingan tersebut biasanya meliputi jumlah yang besar dan sulit
untuk menjual kembali aktiva tetap yang sudah dipakai.
-
Kesalahan
dalam pengambilan keputusan mengenai pengeluaran pembelian barang modal
tersebut akan mempunyai akibat yang panjang dan berat.
2.4 Metode Analisis Penanggaran Modal dan
Penerapannya
a.
Payback
Period
Perioda pembayaran
kembali (payback period) merupakan rentang waktu yang dibutuhkan oleh
pendapatan bersih suatu investasi untuk menutupi biayanya. Perioda pembayaran
kembali dinyatakan sebagai ekspektasi jumlah tahun yang dibutuhkan untuk
memperoleh kembali investasi awal (Brigham & Houston, 2006). Rumus perioda
pembayaran kembali adalah sebagai berikut. Menurut Ross, et.
al., (2009), keuntungan dan kerugian dari aturan periode pembayaran
kembali sebagai berikut.
Tabel 1. Keuntungan
dan Kerugian dari Aturan Perioda Pembayaran Kembali.
|
Keuntungan |
|
Kerugian |
1. |
Mudah dimengerti |
1. |
Tidak mempertimbangkan nilai |
2. |
Menyesuaikan dengan |
|
waktu dari uang. |
|
Ketidakpastian |
2. |
Memerlukan sebuah titik potong |
3. |
Bias terhadap likuiditas |
|
(cut-off point) arbitrer. |
|
|
3. |
Tidak mempertimbangkan arus kas |
|
|
|
setelah titik potong |
|
|
4. |
Bias terhadap proyek jangka |
|
|
|
panjang, seperti penelitian dan |
|
|
|
pengembangan, dan proyek- |
|
|
|
proyek baru. |
Sumber:
Ross, et. al., (2009)
Selain itu, beberapa perusahaan
menggunakan varian lain dari perioda pembayaran kembali yakni perioda
pembayaran kembali terdiskonto (discounted payback period).
Hal ini serupa dengan perioda pembayaran kembali biasa, hanya saja terdapat
pengecualian arus kas yang diharapkan didiskontokan terlebih dahulu oleh biaya
modal proyek tersebut. Perioda pembayaran kembali terdiskonto merupakan rentang
waktu yang dibutuhkan oleh arus kas sebuah investasi yang didiskontokan dengan
biaya modal untuk mengembalikan kembali biayanya (Brigham & Houston, 2006).
Perioda pembayaran kembali terdiskonto akan ditentukan oleh jumlah tahun yang
dibutuhkan untuk memperoleh kembali investasi dari arus kas bersih terdiskonto
(Brigham & Houston, 2006).
Rumus:
Payback periode = jumlah
investasi x 1 tahun
Proceed
jika
payback periode > umur ekonomis, investasi ditolak
jika
payback periode < umur ekonomis, investasi diterima
b.
Net
Present Value (NVP)
Sejarah NPV atau nilai sekarang bersih sebagai
metodologi tanggal penilaian setidaknya terjadi pada abad 19. Karl Marx pada
bukunya yang berjudul Das Capital yang beredar
tahun 1909 mengacu pada NPV modal fiktif, dan perhitungan sebagai capitalizing.
Marx (1984) menyatakan “Para pembentukan modal fiktif disebut memanfaatkan.
Setiap pendapatan periodik berulang dikapitalisasi dengan menghitung pada
tingkat rata-rata bunga, sebagai penghasilan yang akan direalisasikan oleh
modal pada suku bunga.”Dalam arus utama ekonomi neo-klasik, NPV diresmikan
dan dipopulerkan oleh Irving Fisher, pada tahun 1907. NPV kemudian menjadi
bahan dalam buku-buku teks pelajaran mengenai keuangan dari tahun 1950 dan
seterusnya (Santoso, 2012). Nilai sekarang bersih merupakan penyempurnaan dari
metoda pembayaran kembali. Metoda nilai sekarang bersih merupakan metoda untuk
menyusun peringkat usulan-usulan investasi menggunakan NPV, yang setara dengan
nilai sekarang dari arus kas bersih masa depan, yang didiskontokan pada biaya
modal (Brigham & Houston,2006). Langkah-langkah dalam mengimplementasikan
pendekatan ini (Brigham & Houston, 2006) adalah sebagai berikut.
1.
Menghitung nilai
sekarang dari setiap arus kas baik kas masuk maupun keluar yang didiskontokan
pada biaya modal proyek.
2. Menjumlahkan
arus-arus kas terdiskonto di atas yang kemudian dinyatakan sebagai NPV
3.
Jika NPV positif,
proyek sebaiknya diterima. Jika NPV negatif, proyek sebaiknya ditolak.
4.
Jika kedua proyek
memiliki NPV yang sama-sama positif, maka NPV dengan nilai yang lebih baik
diterima adalah NPV dengan nilai yang tertinggi (proyek saling eksklusif).
Beberapa dasar pemikiran dari metoda NPV didasarkan
pada beberapa logika sebagai berikut (Brigham & Houston, 2006).
1. NPV yang jumlahnya nol memiliki arti bahwa arus kas
proyek tersebut pasti memadai untuk membayar modal yang telah diinvestasikan
serta untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang diminta atas investasi modal
tersebut.
2. NPV yang bernilai positif menunjukkan bahwa proyek
tersebut menghasilkan kas lebih banyak daripada yang dibutuhkan untuk menutup
bunga utang dan untuk memberikan return kepada investor/
pemegang saham.
c.
Internal
Rates of Return ( IRR)
Metode ini menyusun peringkat usulan investasi
dengan menggunakan tingkat pengembalian atas sebuah investasi yang dihitung
dengan menemukan tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang (present
value) dari arus kas masuk masa depan ke biaya proyek (Brigham &
Houston, 2006). Tingkat pengembalian internal sendiri memiliki arti sebagai
tingkat diskonto yang memaksa present value dari
arus kas masuk sebuah proyek menjadi sama dengan present value biayanya
(Brigham & Houston, 2006). Secara umum, IRR dinyatakan sebagai tingkat
diskonto yang menyamakan nilai sekarang dari ekspektasi arus kas masuk suatu
proyek ke nilai sekarang dari biaya proyek. Sehingga tingkat pengembalian internal
dapat dirumuskan sebagai berikut (Brigham & Houston, 2006).
PV (Arus kas masuk) = PV (Biaya Investasi) |
Atau dalam persamaan yang lain,
tingkat pengembalian internal memaksa NPV untuk menjadi sama dengan nol
(Brigham & Houston, 2006). Pada IRR ini dikenal juga tingkat batas atas
biaya modal. Tingkat batas ini merupakan tingkat diskonto (biaya modal) yang
harus dilampaui IRR jika sebuah proyek akan diterima. Jadi, apabila terdapat
proyek independen yang memiliki tingkat batas di bawan nilai IRR, maka proyek
tersebut sebaiknya diterima. Sebab hal ini berarti bahwa proyek tersebut
diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih besar daripada biaya modal yang
dibutuhkan untuk mendanainya (Brigham & Houston, 2006). Selain itu, apabila
terdapat dua atau lebih proyek yang bersifat saling eksklusif, nilai IRR proyek
yang lebih tinggi yang sebaiknya diterima. Namun, biaya modal dari proyek yang
diterima sebaiknya tidak melampaui batas IRR tertinggi dari peroyek-proyek
tersebut (Brigham & Houston, 2006). Beberapa dasar pemikiran dari metoda
IRR didasarkan pada beberapa logika sebagai berikut (Brigham & Houston,
2006).
1.
IRR dari suatu
proyek merupakan ekspektasi tingkat pengembaliannya
2. Jika tingkat pengembalian internal (IRR) melebihi
biaya uang yang digunakan untuk mendanai proyek, maka terdapat surplus setelah
pembayaran modal. Surplus ini akan kemudian diberikan kepada pemegang saham
perusahaan.
3. Keputusan untuk menerima proyek yang nilai IRR
melebihi biaya modalnya akan meningkatkan kekayaan para pemegang saham.
d.
Profitability
Index
Membagi nilai antara sekarang arus kas
masuk yang akan datang diterima diwaktu yang akan datang dengan arus kas
keluar.
Rumus : Profitability Index =
PV. Proceed
PV.outlay
Jika PI > 1, investasi diterima
Jika PI < 1, investasi ditolak
·
Kelebihan
Profitability Index
1.
Memberikan percentage future
cash flows dengan cash initial
2.
Sudah mempertimbangkan cost
of capital
3.
Sudah
mempertimbangkan time value of money
4.
Mempertimbangkan semua cash
flow
·
Kekurangan
Profitability Index
1.
Tidak memberikan
informasi mengenai return suatu project.
2.
Dibutuhkan
cost of capital untuk menghitung Profitability Index.
3.
Tidak memberikan
informasi mengenai project risk.
4.
Susah dimengerti untuk
dijadikan indicator apakah suatu project memberikan value kepada
perusahaan.
2.5 Kelebihan dan Kelemahan NPV dan IRR
a.
Kelebihan
NPV dan Kelemahan NPV
Penghitungan menggunakan metoda nilai
sekarang bersih (NPV) memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Beberapa
kelebihan dan kelemahan metoda NPV menurut Brealy, et. al., (2007)
adalah sebagai berikut. Kelebihan dari NPV (Net Present Value).
1. Menggunakan arus kas, mempertimbangkan arus kas selama
umur proyek.
2.
Memakai nilai waktu
uang, mempertimbangkan nilai waktu dari uang.
3. Konsisten dengan tujuan perusahaan untuk memaksimalkan
kekayaan pemegang saham.
4. Memungkinkan tingkat diskonto yang berbeda selama umur
proyek.
Kelemahan dari NPV
1. Membutuhkan peramalan jangka panjang yang rinci
mengenai pertambahan keuntungan dan biaya.
2.
Adanya kesulitan
dalam menghitung dan memahami evaluasi pengeluaran modal yang meliputi
argumentasi.
3. Manajemen harus menentukan tingkat diskonto yang
digunakan sementara untuk kemampuan perusahaan yang berbeda-beda.
4. Profitabilitas dari proyek yang berbeda, sehingga
tidak memerlukan investasi awal yang sama dan tidak dibandingkan secara
langsung.
b.
Kelebihan
dan Kelemahan metode IRR
Penghitungan
menggunakan metoda tingkat pengembalian internal (IRR) memiliki beberapa
kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan dan kelemahan metoda IRR menurut
Ross, et. al., (2009) adalah sebagai berikut.
Tabel
Keuntungan dan Kerugian Metoda IRR
|
Keuntungan |
|
Kerugian |
1. |
Secara dekat berhubungan dengan |
1. |
Menghasilkan jawaban yang |
|
NPV, sering kali membawa kepada |
|
beragam atau tidak berurusan |
|
keputusan-keputusan yang sama. |
|
dengan arus kas non-konvensional. |
2. |
Mudah dimengerti dan |
2. |
Membawa kepada keputusan yang |
|
dikomunikasikan. |
|
tidak benar dalam perbandingan |
|
|
|
dari investasi-investasi yang |
|
|
|
eksklusif secara mutual. |
Sumber:
Ross, et. al., (2009)
2.6 Perbandingan antara Metode NPV dan IRR
Metoda
NPV serta IRR memiliki beberapa perbandingan dengan perlakuan kepada proyek
yang berbeda. Brigham & Houston (2006) mengemukakan perbandingan antara
metoda NPV dan IRR dalam dua jenis proyek yakni proyek independen dan juga
proyek saling eksklusif sebagai berikut.
1. Proyek Indenpenden
Jika NPV sebuah proyek menyatakan bahwa sebuah
proyek diterima, maka IRR juga menyatakan diterima. Jika dua atau lebih pilihan
proyek independen memiliki NPV yang lebih tinggi dari 0, maka pemegang saham
atau investor dapat memilih keduanya. Ketika proyek-proyek saling independen,
maka metoda NPV dan IRR akan mengarah kepada keputusan penerimaan/ penolakan
yang sama persis (Brigham & Houston, 2006).
2. Proyek Saling Ekslusif
Jika seseorang dihadapkan pada pilihan
proyek yang bersifat saling eksklusif, maka ia hanya bisa memilih salah satu
dari pilihan proyek yang ditawarkan. Ia juga dapat menolak keduanya, tetapi
tidak dapat menerima keduanya. Jika biaya modal lebih besar daripada tingkat
persilangan, maka NPV proyek jangka pendek akan lebih besar dibandingkan dengan
NPV proyek jangka panjang. Sementara itu, jika biaya modal lebih kecil
dibandingkan dengan tingkat persilangan, maka NPV proyek jangka panjang akan
lebih tinggi, akan tetapi IRR menunjukkan bahwa proyek jangka pendek lebih
baik. Logika menunjukkan bahwa metoda pengambilan keputusan investasi dengan
metoda NPV merupakan hal yang lebih baik, karena NPV memilih proyek yang
memberikan tambahan paling banyak pada kekayaan pemegang saham (Brigham &
Houston, 2006).
3. Ada dua penyebab terjadinya konflik dari persilangan
profil NPV, antara lain (Brigham & Houston, 2006).
a. Adanya perbedaan skala proyek, yang artinya biaya dari
salah satu proyek menjadi lebih besar daripada biaya proyek yang lain.
b. Adanya perbedaan waktu, yang artinya waktu dari arus
kas dari kedua proyek memiliki perbedaan sehingga sebagian besar arus kas dari
satu proyek akan diterima di awal tahun sedangkan sebagian besar arus kas dari
proyek lain diterima di tahun-tahun kemudian.
Solusi
pemecahan konflik di antara proyek-proyek yang saling eksklusif adalah
“Seberapa bermanfaatkah jika kita menghasilkan arus kas lebih cepat daripada
lebih lambat?” Nilai dari arus kas awal akan tergantung pada pengembalian yang
dapat kita peroleh dari arus kas tersebut, yaitu tingkat pada saat kita dapat
menginvestasikannya kembali. Metoda NPV secara implisit berasumsi bahwa tingkat
saat arus kas dapat diinvestasikan kembali adalah biaya modal, sedangkan metoda
IRR berasumsi perusahaan dapat menginvestasikan kembali pada tingkat IRR. Oleh
sebab itu, ketika mengevaluasi proyek-proyek yang saling eksklusif, sebaiknya
menggunakan metoda NPV (Brigham & Houston, 2006).
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan
mengenai topik penganggaran modal, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut.
Penganggaran modal merupakan hal penting yang harus dilakukan perusahaan
sebelum perusahaan akan melakukan kegiatan investasi. Penganggaran menjadi
penting guna menghindari terjadinya kesalahan pengambilan keputusan investasi
yang dapat berdampak jangka panjang. Terdapat
beberapa metoda yang digunakan dalam menilai peringkat proyek serta memutuskan
apakah proyek tersebut layak diterima atau ditolak dalam anggaran modal. Metoda
tersebut diantaranya adalah metoda pembayaran kembali, pembayaran kembali yang
didiskontokan, nilai sekarang bersih (NPV), tingkat pengembalian internal
(IRR). Metoda pembayaran kembali
memberikan indikasi baik risiko maupun likuiditas dari sebuah proyek. Metoda
NPV memberikan ukuran keuntungan uang secara langsung yang diberikan sebuah
proyek, namun tidak memiliki faktor marjin keamanan. IRR mengandung informasi
yang berkaitan dengan marjin keamanan sebuah proyek. Namun bobot terbesar
sebaiknya diberikan kepada NPV sebab NPV dapat memberikan indikasi terbaik
mengenai seberapa banyak proyek akan meningkatkan nilai perusahaan.
DAFTAR
PUSTAKA
A Arthur
J. Keown, David F. Scott, Jr, John D. Martin, J. William Petty. 2005.
Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Brealey, R. A., Myers, S. C.,
& Marcus, A. J. 2007. Dasar-Dasar
Manajemen Keuangan. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Brigham, E. F. & Houston, J.
F. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.
Jakarta: Salemba Empat.
Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel F. 2011.
Dasar-dasar Manajemen Keuangan Terjemahan. Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.
Dermawan Sjahrial. 2008. Manajemen Keuangan. Edisi Kedua. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Garrison, Noreen, dan Brewer. 2007. Akuntansi
Manajerial. Edisi 11. Diterjemahkan oleh : Nuri Hinduan dan Edward Tanujaya.
Salemba Empat. Jakarta.
Marx, K. 1894. Das Capital Volume 3, 1909 Edition. Hamburg:
Verlag von Otto Meissner.
Nafarin,
M. 2004. Penganggaran Perusahaan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Ross, S. A., Westerfield, R. W.,
& Jordan, B. D. 2009. Pengantar
Keuangan Perusahaan. Jakarta:
Salemba Empat.
Santoso, B. 2012. Harga Nilai Waktu Uang. Diakses Tanggal 03
Oktober 2020, dari Situs: http://budi2one.blogspot.com/2012/04/harga-nilai-waktu-uang.html
Van Horne and Wachowiz. 2005. Fundamental of Financial Management twelfth edition. New Jersey :
Prantice Hall.
Weston, J. F. & Copeland, T.
E. 2010. Manajemen Keuangan Edisi Revisi
Jilid 1. Tangerang: Binarupa
Aksara Publisher.
Comments
Post a Comment