MAKALAH MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM BERBASIS INTEGRASI ISLAM DAN SAINS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Oleh karena itu, negara memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan Pendidikan yang bermutu kepada setiap warganya tanpa terkecuali. Berdasarkan permendiknas nomor 70 tahun 2009, Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kewajiban untuk meningkatkan kesejahteraan warganya1 . Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu negara. Karena semakin maju tingkat Pendidikan di suatu negara maka akan semakin tinggi kedudukan negara tersebut. Dengan seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, menuntut setiap sumber daya manusia yang handal dan berkompetensi dalam persaingan global. Satu dari bentuk pengetahuan yang mempelajari tentang ciptaan Allah swt. adalah Ilmu Sains yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pada hakikatnya Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya 2 . IPA bukan hanya sekumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan atau disebut juga dengan metode ilmiah. B. Rumusan Masalah 1. Apa itu Pengembangan Kurikulum? 2. Apa Pengertian Integrasi, Islam dan Sains? 3. Bagaimana Integrasi Agama dan Sains Dalam Kurikulum 2013? 4. Apa saja langkah-langkah dalam pengintegrasian Islam dan Sains? 1 Permendiknas No.70 2009. 2 Asih Widi Wisudawati dan Eka sulistyonawati, Metodologi Pembelajaran IPA, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), hlm. 22. 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengembangan Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Secara etimologis, kurikulum berasal dari Bahasa Yunani yaitu curir yang artinya pelari dan curare yang berarti tempat berpacu. Jadi, istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi Kuno di Yunani, yang berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai finish. 3 Menurut S. Nasution, kurikulum merupakan suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau Lembaga Pendidikan beserta staf pengajaran4 . Dalam pengertian lainnya ditegaskan, bahwa kurikulum adalah keseluruhan program, fasilitas, dan kegiatan suatu Lembaga Pendidikan atau pelatihan untuk mewujudkan visi, misi dan lembaganya. Oleh karena itu itu, pelaksanaan kurikulum untuk menunjang keberhasilan sebuah Lembaga Pendidikan harus ditunjang hal-hal sebagai berikut: 1. Adanya tenaga yang berkompeten. 2. Fasilitas yang memadai. 3. Fasilitas bantu sebagai pendukung. 4. Tenaga penunjang Pendidikan. 5. Dana yang memadai. 6. Menejemen yang baik. 7. Terpeliharanya budaya penunjang; religius, moral, kebangsaan dan lain-lain. 8. Dan pemimpinan yang visioner transparan dan akuntabel.5 3 Hasan Langgulung Manusia dan Pendidikan suatu Analisa Psikologi Pendidikan (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1986), hlm. 176. 4 S. Nasution, Kurikulum dan Pengajuan (Jakarta: Rineka Cipta, 1989), hlm. 5. 5 Hasbullah, Otonomi Pendidikan, Kebijakan Otonomi daerah dan Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 21. 3 b. Dasar Pengembangan Kurikulum Dasar merupakan landasan untuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar ialah memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu. Setiap negara mempunyai dasar pendidikannya sendiri. Ia merupakan cerminan falsafah hidup suatu bangsa. Berpijak pada dasar itulah Pendidikan setiap bangsa berbeda karena mereka mempunyai falsafah hidup yang berbeda.6 Pengembangan kurikulum tidak hanya merupakan abstraksi, akan tetapi mempersiapkan berbagai contoh dan alternatif tindakan yang merupakan inspirasi dari beberapa ide yang dianggap penyesuaianpenyesuaian yang penting sehingga dapat membuat sistem Pendidikan di Indonesia lebih baik lagi. Fungsi dasar atau landasan pengembangan kurikulum adalah seperti fondasi sebuah bangunan. Sebuah gedung yang menjulang tinggi berdiri diatas fondasi yang rapuh tentu tidak akan bertahan lama. Oleh sebab itu, sebelum Gedung dibangun, terlebih dahulu dibangun fondasi yang kokoh. Karena semakin kokoh fondasi sebuah Gedung, maka akan semakin kokoh pula Gedung tersebut7 . Fondasi bangunan yang diibaratkan pada uraian diatas adalah dasar atau landasan dalam merancang sebuah kurikulum. Jadi, berkualitas atau tidaknya kurikulum yang dirancang, sangat ditentukan oleh dasar pengembangan kurikulum yang kuat. Seller dan Miller, sebagaimana dikutip oleh Sanjaya, mengemukakan bahwa proses pengembangan kurikulum adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus8 . Sumber kurikulum yang dikemukakan oleh Harrick ada tiga yaitu; 1. pengetahuan sebagai sumber yang akan disampaikan kepada anak yang disajikan dari berbagai bidang studi. 2. masyarakat sebagai sumber kurikulum di mana sekolah merupakan agen masyarakat. 6 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm. 121. 7 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta: Kencana, 2008). hlm. 31. 8 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran…, hlm. 32. 4 3. individu yang di didik sebagai sumber kurikulum di mana kurikulum disusun dengan maksud untuk membantu perkembangan anak seoptimal mungkin. B. Integrasi Islam dan Sains a) Pengertian Secara etimologi, kata integrasi berasal dari bahasa Inggris yaitu ‘integrate’, yang diartikan sebagai combine (parts) into a whole; join with other group or race(s) yaitu menggabungkan bagian-bagian yang terpisah dalam satu kesatuan 9 . Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata integrasi berasal dari bahasa latin, ‘integer’ yang berarti utuh atau menyeluruh. Integrasi disini bukan sekedar menggabungkan pengetahuan umum dan agama atau memberikan bekal norma keagamaan saja. Lebih dari itu. Integrasi yang dimaksud ialah upaya mempertemukan cara pandang, cara pikir dan bertindak antara Barat dengan Islam.10 Dalam bahasa lain, integrase berarti upaya menjembatani antara pemikiran eksklusif Islam dengan pemikiran sekuler Barat, sehingga dihasilkan pola dan paradigma keilmuwan baru yang utuh dan moderat. Islam dari segi bahasa berasal dari kata aslama yang berakar dari kata salama. Kata Islam merupakan bentuk mashdar dari kata salamah. Adapun dari segi istilah, Islam adalah ketundukan seorang hamba kepada wahyu ilahi yang diturunkan kepada para nabi dan rasul. Khususnya Rasulullah Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan juga hukum aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan yang lurus menuju kebahagaiaan dunia dan akhirat. 9 Muhammad In’am Elsha, Institutional Transformation, (Malang: UIN Maliki Press, 2009), hlm.76. 10 M. Safiq, “Islamizations of Knowledge and Methodology and Analysis of the Views and Ideals of Ismail Raji Al-Faruqi, Hosein Nasr and Fazlur Rahman” (dalam Hamdard Islamicus, vol XVIII, no.3, 1995), hlm. 70. 5 Usaha dalam rangka membimbing umat manusia ke jalan yang lurus, menuju kebahagiaan dunia dan akhirat sebagai tujuan dari integrasi Islam dan Sains yang salah satunya dapat diwujudkan melalui pembelajaran dalam Pendidikan formal. Sedangkan sains atau mualam (bahasa Inggris natura) adalah istilah yang digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan sebagai ilmu yang merujuk kepada objek-objek yang berada di alam yang bersifat umum dan dengan menggunakan hukum-hukum pasti yang berlaku kapanpun dan dimanapun. Sains (science) diambil dari kata latin scintia yang berarti latin.11 Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. “Real Science is both product and process, inseparably join”. b) Model Integrasi Islam dan Sains Dalam Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 merupakan proses pembelajaran suatu bahan ajar tidak diorentasikan pada pencapaian target materi melainkan kompetensi apa yang dapat dicapai oleh peserta didik. Dengan standar kompetensi yang telah dirumuskan, maka kemampuan peserta didik dalam mempelajari sesuatu bahan ajar baik pada aspek pengetahuan, sikap, maupun perilaku menunjukkan tingkatan yang jelas. Kompetensi dasar dan indikator keberhasilan belajar, maka hasil belajar Pendidikan agama islam mudah diukur. Penanaman nilai-nilai keagamaan yang ada dalam kurikulum 2013 dilakukan dengan cara menanamkan nilai nilai karakter di berbagai mata pelajaran yang ada, secara tidak langsung usaha ini menunjukkan kedekatan Pendidikan karakter dengan nilai-nilai spritualitas. Alhasil Pendidikan karakter yang ditanamkan dalam kurikulum 2013 merupakan nilai-nilai 11 john M. echols dan hasan sadilli, Kamus Inggris - Indonesia (Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama, 2006). 6 spritualitas dan keagamaan. Dalam pengertian lain kata karakter memiliki kedekatan makna dengan “akhlak” (sebutan perilaku dalam dunia Islam) kedua-duanya saling menguatkan, jika Pendidikan karakter sampai detik ini sudah terbentuk metode, strategi, tehnik, sedangkan akhlak harus dapat mewarnai jenis karakter atau dengan kata lain memberikan “kriteria ideal” akhlak yang di harapkan agama seperti apa. Secara global Pendidikan karakter tidak hanya diintegrasikan dengan mata pelajaran yang ada di sekolah dan tidak dibatasi oleh seorang guru saja, akan tetapi Pendidikan karakter bisa juga dilakukan oleh kepala sekolah, pemangku kebijakan, konselor Pendidikan dengan melalui; Pertama, program pengembangan diri, kedua, menanamkan dalam kegiatan-kegiatan ekschol bias dalam kegiatan kepramukaan, OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) ataupun kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang lainnya. Dengan kata lain integrasi islam dan sains dalam kurikulum 2013 dalam Pendidikan karakter dalam bingkai tema-tema yang sudah dikemas sedemikian rupa. Pengintegrasian nilai-nilai spritualitas (karakter) disini berarti menanamkan nilai-nilai luhur keberbagai tema besar dengan tujuan terbentuknya manusia yang berakhlakulkarimah sejak dini dimulai ketika proses pembelajaran berlangsung hingga para peserta didik ini tidak sadar selalu membawa perilaku positif ini dalam kehidupan nyata. Integrasi islam dan sains dalam dunia Pendidikan merupakan keniscayaan yang tidak bias dikesampingkan, kurikulum 2013 merupakan salah satu perwujudan dari integrasi dua elemen yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia yaitu islam dan sains. Integrasi islam dan sains dalam kurikulum 2013 tidak hanya dalam ranah kognitif semata, lebih dari itu pengintegrasian islam dan sains mengarah pada tiga ranah yaitu ranah afektif, psikomotorik dan kognitif, tiga ranah ini dapat dilihat dari pengemasan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang sudah dirancang oleh pengembang kurikulum. 7 c. Langkah-langkah Pengintegrasian Islam dan Sains dalam pembelajaran Langkah-langkah pengintegrasian islam dan sains dalam pembelajaran yakni dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1.Menjadikan kitab suci sebagai basis atau sumber utama ilmu Memposisikan kitab suci sebagai basis atau sumber utama ilmu masing-masing yang bersangkutan, maka ke depan diharapkan akan lahir pribadi-pribadi dalam masyarakat yang memiliki kekokohan dalam pemahaman, penghayatan dan pengalaman agamanya sekaligus juga professional dalam bidang ilmu modern yang ditekuninya.12 2.Memperluas batas materi kajian Islam dan menghindari dikatomi Ilmu Sudah menjadi sesuatu yang tidak bisa dipungkiri bahwa Lembaga Pendidikan Islam, baik di tingkat Ibtidaiyah hingga perguruan tinggi, dan pondok pesantren jika menyebut pelajaran Agama maka, yang muncul adalah pelajaran tauhid, fiqih, aqidah akhlak, al-Qur’an dan al-Hadits, Tarikh, dan bahasa arab. Penyebutan hal demikian sebenarnya bukanlah sebuah kekeliruan. Akan tetapi, harus dipahami bahwa ajaran Islam bersifat Universal, oleh karena itu tidak ada dikatomi ilmu dalam Islam.13 3. Menumbuhkan pribadi yang berkarakter Ulil Albab Ulil Albab yang berarti orang-orang yang berakal. Ulil Albab adalah orang yang benar-benar mampu menggunakan akal dan pikirannya untuk memahami fenomena alam sehingga dapat memahami sampai pada buktibukti keesaan dan kekuasaan sang Maha pencipta yakni Allah SWT.14 4.Menelusuri ayat-ayat dalam al-Qur’an yang berbicara tentang Sains Menelusuri ayat-ayat al-Qur’an merupakan bentuk langkah yang sangat vital untuk terintegrasinya Islam dan Sains. Seterusnya bahwa kebenaran al-Qur’an itu merupakan sumber yang relevan dengan ilmu pengetahuan (Sains) yang saat ini sangat pesat berkembang. 12 Imam Suprayogo, Paradigma Pengembangan Keilmuan Islam Perspektif UIN Malang, (Malang: UIN-Malang Press, 2006), hlm. 66. 13 Ibid, hlm. 46. 14 Kementerian Agama RI, Tafsir Ilmu Penciptaan Bumi dalam Perspektif al-Qur’an dan Sains, (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2012), hlm. 8. 8 5.Mengembangkan kurikulum Pendidikan di Lembaga Pendidikan Untuk dapat mewujudkan insan yang mempunyai kedalaman spiritual, keagungan akhlaq, keluasan intelektual dan kematangan professional, akan dapat dicapai secara utuh jika terpadu/terintegrasinya ilmu Islam dan Sains dalam proses pembelajarn. C. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sering disebut dengan singkat sebagai Sains. Secara bahasa Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains (Inggris: science) berasal dari latin “scientica” yang berarti (1) pengetahuan tentang, atau tahu tentang; (2) Pengetahuan, pengertian, faham yang benar mendalam.15 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda maupun makhluk hidup yang diperoleh melalui proses ilmiah atau sering disebut dengan metode ilmiah. Terdapat tiga istilah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yakni “ilmu”, “pengetahuan”, dan “alam”. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia dalam hidupnya. Pengetahuan alam berate pengetahuan tentang alam semesta beserta isinya. Sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang ilmiah, yakni pengetahuan yang diperoleh dengan cara ilmiah, artinya diperoleh dengan metode ilmiah. Kedudukan Sains sebagai sebuah ilmu pengetahuan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia diantaranya adalah: a. Sains membantu manusia berfikir dalam pola sistematis, b. Sains dapat menjelaskan gejala alam serta hubungan satu sama lain antar gejala alam, c. Sains dapat digunakan untuk meramalkan gejala alam yang akan terjadi berdasarkan pola gejala alam yang dipelajari, d. Sains digunakan untuk menguasai alam dan mengendalikannya demi kepentingan manusia, 15 Asih Widi Wisudawati dan Eka sulistyonawati, Metodologi Pembelajaran IPA, hlm. 23. 9 e. Dan Sains digunakan untuk melestarikan alam karena sumbangan ilmunya mengenai alam.16 16 Surjani Wonohardjo, Dasar-dasar Sains, (Jakarta: PT. Indeks, 2010), hlm. 12-14. 10 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu negara. Karena semakin maju tingkat Pendidikan di suatu negara maka akan semakin tinggi kedudukan negara tersebut. Dengan seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, menuntut setiap sumber daya manusia yang handal dan berkompetensi dalam persaingan global. Perkembangan zaman yang diiringi pesatnya teknologi memaksa kita “mau tidak mau” harus mengikuti pola yang ada, agar kita tidak tergerus dan tenggelam dalam ketertinggalan. Begitu juga dalam ranah Pendidikan kita harus selalu memperhatikan perubahan zaman dan khazanah kehidupan masyarakat, sebagai pijakan dalam merumuskan kebijakan Pendidikan. Kurikulum 2013 merupakan proses pembelajaran suatu bahan ajar tidak diorentasikan pada pencapaian target materi melainkan kompetensi apa yang dapat dicapai oleh peserta didik. Penanaman nilai-nilai keagamaan yang ada dalam kurikulum 2013 dilakukan dengan cara menanamkan nilai nilai karakter di berbagai mata pelajaran yang ada, secara tidak langsung usaha ini menunjukkan kedekatan Pendidikan karakter dengan nilai-nilai spritualitas. Secara global Pendidikan karakter tidak hanya diintegrasikan dengan mata pelajaran yang ada di sekolah dan tidak dibatasi oleh seorang guru saja, akan tetapi Pendidikan karakter bisa juga dilakukan oleh kepala sekolah, pemangku kebijakan, konselor Pendidikan dengan melalui; Pertama, program pengembangan diri, kedua, menanamkan dalam kegiatan-kegiatan ekschol bias dalam kegiatan kepramukaan, OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) ataupun kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang lainnya. 11 DAFTAR PUSTAKA Asih Widi Wisudawati dan Eka sulistyonawati, Metodologi Pembelajaran IPA, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), hlm. 22. Hasan Langgulung Manusia dan Pendidikan suatu Analisa Psikologi Pendidikan (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1986), hlm. 176. Hasbullah, Otonomi Pendidikan, Kebijakan Otonomi daerah dan Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 21. Imam Suprayogo, Paradigma Pengembangan Keilmuan Islam Perspektif UIN Malang, (Malang: UIN-Malang Press, 2006), hlm. 66. John M. echols dan hasan sadilli, Kamus Inggris - Indonesia (Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama,2006) Kementerian Agama RI, Tafsir Ilmu Penciptaan Bumi dalam Perspektif al-Qur’an dan Sains, (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2012), hlm. 8. Muhammad In’am Elsha, Institutional Transformation, (Malang: UIN Maliki Press, 2009), hlm.76. M. Safiq, “Islamizations of Knowledge and Methodology and Analysis of the Views and Ideals of Ismail Raji Al-Faruqi, Hosein Nasr and Fazlur Rahman” (dalam Hamdard Islamicus, vol XVIII, no.3, 1995), hlm. 70. Permendiknas No.70 2009. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm. 121. S. Nasution, Kurikulum dan Pengajuan (Jakarta: Rineka Cipta, 1989) hlm. 5. Surjani Wonohardjo, Dasar-dasar Sains, (Jakarta: PT. Indeks, 2010), hlm. 12-14 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta: Kencana, 2008). hlm. 31.

Comments

Popular Posts