makalah tentang Saham dan Obligasi,

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

Saham merupakan salah satu instrumen keuangan jangka panjang yang diperdagangkan di pasar modal Indonesia. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan usaha dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas (Darmadji dan Fakhruddin, 2001:5). Selembar kertas yang berisi mengenai bukti kepemilikan atas perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut merupakan wujud dari saham. Posisi permintaan dan penawaran atas saham yang ada di pasar modal Indonesia, membuat saham memiliki harga untuk diperjualbelikan. Semakin tinggi tingkat permintaan dan penawaran terhadap lembar saham, maka harga saham pun akan tinggi dan juga sebaliknya. Dalam analisis pergerakan harga saham terdapat analisis fundamental dimana mencakup aspek ekonomi, aspek industri, dan aspek perusahaan. Menurut Harianto dan Sudono (1998:475), analisis terhadap aspek perusahaan penting untuk dilakukan oleh investor, karena analisis perusahaan ini menyangkut penilaian keadaan keuangan perusahaan, dimana dapat dilihat pendapatan atau laba yang diperoleh perusahaan. Apabila pendapatan atau laba yang diperoleh perusahaan tinggi, hal ini akan dapat membuat harga saham juga tinggi (Harianto dan Sudono, 1998:476). Tingginya pendapatan atau laba yang diperoleh 2 perusahaan membuat kepercayaan investor terhadap perusahaan akan pengembalian yang diharapkan investor. Kepercayaan investor inilah yang akan memberikan keputusan investasi untuk membeli saham perusahaan tersebut. Tingkat pembelian saham perusahaan merupakan permintaan yang nantinya akan mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut. Namun, dalam menilai harga saham para investor tidak hanya melihat dari dalam perusahaannya saja, tetapi faktor lain seperti tingkat suku bunga juga perlu dipertimbangkan. Tingkat suku bunga memberikan pilihan bagi investor untuk menanamkan modal mereka. Jika tingkat suku bunga tinggi maka investor akan menyimpan modal mereka di bank. Sedangkan, apabila tingkat suku bunga rendah investor akan menanamkan modal mereka di pasar modal dengan harapan pengembalian yang tinggi meski dengan resiko yang tinggi pula. Investasi akan memberikan hasil jika hal tersebut dilakukan dalam kurun waktu yang panjang. Investor dapat menilai bagaimana kinerja perusahaan melalui laporan keuangan perusahaan, maupun faktor eksternal perusahaan seperti tingkat suku bunga untuk mengetahui pengaruhnya terhadap harga saham sebagai landasan para investor dalam berinvestasi.

Investasi keuangan yang ada di pasar modal ada dua jenis yaitu investasi dalam surat kepemilikan (saham) dan investasi dalam surat hutang (obligasi). Investasi dalam surat hutang (obligasi) lebih diminati para investor karena dapat mendatangkan pendapatan yang bersifat tetap yang diperoleh dari pokok obligasi dan bunga yang akan diterima secara periodik pada saat jatuh tempo (Ikhsan et al., 2012). Obligasi merupakan salah satu jenis aset finansial dan instrumen modal (utang) yang tergolong surat berharga pasar modal dengan pendapatan tetap (fixed-income securities) yang diperjual belikan dalam pasar modal. Bursa Efek Indonesia (2010) mengartikan obligasi sebagai surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindah tangankan yang berisi janji dari pihak 2 yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut (Sunarjanto dan Tulasi, 2013). Salah satu investasi yang paling diminati oleh pemodal adalah investasi obligasi. Hal ini dikarenakan obligasi memiliki pendapatan yang bersifat tetap yang diperoleh dari bunga yang akan diterima secara periodik dan pokok obligasi pada saat jatuh tempo. Bagi emiten, obligasi merupakan sekuritas yang aman karena biaya emisinya lebih murah daripada saham. Selain itu, penerbitan obligasi juga untuk menghindari penilaian jelek investor dibandingkan jika perusahaan menerbitkan saham baru (Husnan, 2007). Investasi obligasi merupakan investasi yang lebih aman, lebih baik dan lebih memberikan jaminan jika dibandingkan dengan investasi saham. Jika perusahaan mengalami likuidasi, pemegang obligasi memiliki hak pertama atas aset perusahaan karena perusahaan telah mengikat kontrak untuk melunasi obligasi yang telah dibeli oleh pemegang obligasi (Pandutama, 2012). Meskipun obligasi sering dipandang sebagai investasi yang relatif aman, tetapi tidak tertutup kemungkinan investor mengalami kerugian baik yang berasal dari faktor diluar kinerja perusahaan maupun faktor internal perusahaan, misalnya risiko dana jatuh tempo tidak terbayar tepat waktu (Brigham et al., 1999 dalam Estiyanti dan Yasa, 2012). Perusahaan swasta lebih berisiko jika dibandingkan dengan perusahaan pemerintah karena perusahaan pemerintah 3 dalam menerbitkan obligasi sudah memiliki rating obligasi yang termasuk dalam investment grade (level A) yang memiliki kemampuan untuk melunasi kupon dan pokok hutang pada saat obligasi mengalami jatuh tempo. Perusahaan swasta bergantung pada kesehatan keuangan perusahaan emiten. Oleh sebab itu, para investor harus mempertimbangkan peringkat obligasi apabila akan berinvestasi (Mahfudhoh dan Cahyonowati, 2014)

1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapamasalah dalam penulisan makalah ini, antara lain:

1. Apa yang dimaksud dengan Saham dan Obligasi?

2. Apa saja perbedaan Saham dan Obligasi tersebut?

3.Apa saja jenis Saham dan Obligasi?

4. Bagaimana cara penilaian Saham dan Obligasi

1.3 Tujuan Perusahaan

Tujuan dilakukan penulisan ini adalah untuk mendapatkan pemahaman mengenai:

1. Untuk mengetahui definisi Saham dan Obligasi.

2. Untuk mengetahui perbedaan Saham dan Obligasi.

3. Untuk mengetahui jenis Saham dan Obligasi.

4. Untuk mengetahui penilaian Saham dan Obligasi.

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1. Definisi Saham dan Obligasi

A. Pengertian Saham

            Saham merupakan salah satu instrumen keuangan jangka panjang yang diperdagangkan di pasar modal Indonesia. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan usaha dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas (Darmadji dan Fakhruddin, 2001:5).

Ada berbagai definisi saham yang telah dikemukakan oleh para ahli maupun berbagai buku-buku teks, antara lain:

·   Menurut Gitman: Saham adalah bentuk paling murni dan sederhana dari kepemilikan perusahaan. (Gitman:2000, 7)

·   Menurut Bernstein: Saham adalah selembar kertas yang menyatakan kepemilikan dari sebagian perusahaaan. (Bernstein:1995, 197)

·   Menurut Mishkin: Saham adalah suatu sekuritas yang memiliki klaim terhadap pendapatan dan asset sebuah perusahaan. Sekuritas sendiri dapat diartikan sebagai klaim atas pendapatan masa depan seorang peminjam yang dijual oleh peminjam kepada yang meminjamkan, sering juga disebut instrumen keuangan. (Mishkin:2001, 4).

 B. Pengertian Obligasi

Obligasi merupakan salah satu jenis aset finansial dan instrumen modal (utang) yang tergolong surat berharga pasar modal dengan pendapatan tetap (fixed-income securities) yang diperjual belikan dalam pasar modal. Bursa Efek Indonesia (2010) mengartikan obligasi sebagai surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindah tangankan yang berisi janji dari pihak 2 yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut (Sunarjanto dan Tulasi, 2013). Investasi obligasi merupakan investasi yang lebih aman, lebih baik dan lebih memberikan jaminan jika dibandingkan dengan investasi saham. Jika perusahaan mengalami likuidasi, pemegang obligasi memiliki hak pertama atas aset perusahaan karena perusahaan telah mengikat kontrak untuk melunasi obligasi yang telah dibeli oleh pemegang obligasi (Pandutama, 2012). Meskipun obligasi sering dipandang sebagai investasi yang relatif aman, tetapi tidak tertutup kemungkinan investor mengalami kerugian baik yang berasal dari faktor diluar kinerja perusahaan maupun faktor internal perusahaan, misalnya risiko dana jatuh tempo tidak terbayar tepat waktu (Brigham et al., 1999 dalam Estiyanti dan Yasa, 2012).

2.2  Perbedaan Saham dan Obligasi

Perbedaan Antara Saham dengan Obligasi

  1. Penghasilan pemilik saham disebut sebagai deviden dimana frekuensi penghasilan yang dia terima tidak ditentukan sedangkan pada pemilik obligasi, penghasilan yang diterima sudah disebutkan pada surat obligasi dengan tingkat bunga yang sudah disesuaikan untuk jangka waktu tertentu.
  2. Keuntungan investasi yang didapatkan oleh pemegang saham bergantung pada keuntungan perusahaan sehingga tidak bisa ditentukan secara tetap. Bahkan dalam beberapa kasus jika perusahaan merugi maka Anda selaku pemegang saham juga merasakan imbasnya. Sedangkan pemegang obligasi keuntungannya sudah dapat dipastikan karena pada faktanya tidak memiliki hubungan dengan perusahaan.
  3. Harga investasi saham tidak bisa dipastikan dan cukup sulit untuk diprediksi. Terkadang harga saham bisa naik namun tidak jarang juga turun, bergantung pada perkembangan perusahaan. Sedangkan harga obligasi biasanya relatif stabil dan sensitif terhadap suku bunga dan tingkat inflasi.
  4. Bentuk kepemilikan pada saham adalah pemegang saham memiliki hak milik terhadap perusahaan tertentu, sedangkan bentuk kepemilikan pada obligasi hanya berbentuk pengakuan utang. Jadi, pemegang saham sudah sebagai pemilik perusahaan atau memiliki hak pada suatu perusahaan, sedangkan pemegang obligasi bukan pemilik perusahaan melainkan perusahaan hanya berutang.
  5. Waktu investasi saham bersifat jangka waktu tidak tertentu sedangkan obligasi sudah memiliki jangka waktu yang ditetapkan.
  6. Pajak pemegang saham sudah dipotong terlebih dahulu jadi keuntungan yang diperoleh oleh bersifat bersih, sedangkan pemilik obligasi, keuntungan yang akan diperoleh mengalami pemotongan. Karena itu biasanya perhitungan potongan pajak sudah dilakukan terlebih dahulu sebelum pembayaran utang oleh pihak perusahaan.
  7. Hak suara atau menentukan kebijakan perusahaan pada pemegang saham memiliki andil untuk menentukannya karena merupakan pemilik perusahaan juga. Sedangkan pemegang obligasi tidak dapat ikut serta menentukan kebijakan perusahaan karena statusnya adalah sebagai pemberi pinjaman.
  8. Jika likuidasi atau pembubaran terjadi pada perusahaan maka pemegang saham tidak memiliki hak prioritas untuk pembagian. Pembagian bukan prioritas perusahaan. Namun pada pemegang obligasi punya klaim inferior untuk mendapatkan aset-aset yang dipunyai oleh perusahaan demi pembayaran utang. Oleh karena itu, pemilik obligasi diprioritaskan ketika perusahaan mengalami likuidasi.

Dari pengertian dan perbedaan antara saham dan obligasi diatas tentu kita bisa memilih mana investasi yang cocok dilakukan, kita dapat mempertimbangkan mengenai jangka waktu, keuntungan dan kemungkinan yang terjadi. Dengan demikian kita dapat menentukan jenis investasi yang terbaik untuk keuntungan yang didapatkan serta kemungkinan resiko yang ada.

 

 

2.3 Jenis Saham dan Obligasi

·      Jenis-Jenis Saham

a.       Saham Berdasarkan Kapitalisasi Pasar Dan Likuditas.

Kapitalisasi Pasar adalah harga saham dikalikan dengan jumlah saham yang beredar di pasar. Suatu saham yang berkapitalisasi besar biasanya lebih likuid atau mudah diperjualbelikan di bursa (Jogianto, 2000:59).

b.      Saham Berdasarkan Kepemilikannya

saham berdasarkan Kepemilikannya terdiri dari saham biasa dan saham preferen. Saham Biasa (common stock) adalah surat berharga dalam bentuk piagam atau sertifikat yang memberikan pemegangnya bukti atas hak-hak dan kewajiban menyangkut andil kepemilikan dalam suatu perusahaan. Saham biasa mempunyai sifat kebalikan dari Saham Preferen (preferred stock) dalam hal pengambilan suara, pembagian deviden dan hak-hak yang lain. Sedangkan Saham Preferen (preferred stock) adalah bagian saham yang memiliki tambahan hak melebihi saham biasa. Saham preferen disebut juga dengan saham istimewa sebab mempunyai banyak keistimewaan. Biasanya keistimewaan ini dihubungkan dalam hal pembagian deviden atau pembagian aktiva pada saat likuiditas (Jogiyanto, 2000:59).

c.       Saham Berdasarkan Volatilitas

Volatilitas adalah besarnya jarak antara fluktuasi harga harian suatu saham. Saham dengan fluktuasi harga yang tinggi disenangi oleh para trader, namun saham ini juga bisa memicu kerugian besar kalau tidak hati-hati. Berdasarkan volatilitasnya, jenis saham dibagi menjadi:

 

 

 

 

 

·  Saham dengan Volatilitas Tinggi

Saham ini  memiliki jarak fluktuasi harga yang lebar. Mudah naik dan mudah turun, seringkali dalam transaksi harian pergerakannya bisa mencapai 5-10% atau lebih.

·  Saham dengan Volatilitas Rendah

Saham ini kalau bergerak sangat lambat. Setiap kali naik sekitar 1-2% atau kurang. Jenis saham ini tidak cocok untuk seorang trader (Jogiyanto, 2000:59).

d.      Saham berdasarkan Cara Peralihan Hak

terdiri dari saham atas unjuk dan saham atas nama. Saham Atas Unjuk adalah saham yang tidak mempunyai nama pemilik saham tersebut. Saham jenis ini sangat mudah dipindahkan seperti halnya mata uang. Oleh karena itu kualitas kertas lembar saham dibuat spesifik agar sulit untuk dapat dipalsukan. Sedangkan Saham Atas Nama adalah saham yang ditulis dengan jelas siapa pemiliknya. Saham jenis ini merupakan kebalikan dari saham atas unjuk. Saham ini memuat nama pemiliknya dan nama ini akan tercantum dalam buku perseroan sehingga apabila terjadi pemindahan saham atas nama maka harus menempuh prosedur tertentu yang harus dipenuhi (Jogiyanto, 2000:59).

 

·      Jenis-jenis obligasi

Brigham dan Joel F, 2014. obligasi dapat dilihat dari penerbitnya, yaitu, Obligasi perusahaan dan Obligasi pemerintah. Obligasi pemerintah sendiri terdiri dalam beberapa jenis, yaitu:

1.  Obligasi Rekap, diterbitkan guna suatu tujuan khusus yaitu dalam rangka Program Rekapitalisasi Perbankan;

2.  Surat Utang Negara (SUN), diterbitkan untuk membiayai defisit APBN;

3.  Obligasi Ritel Indonesia (ORI), sama dengan SUN, diterbitkan untuk membiayai defisit APBN namun dengan nilai nominal yang kecil agar dapat dibeli secara ritel;

4.  Surat Berharga Syariah Negara atau dapat juga disebut "obligasi syariah" atau "obligasi sukuk", sama dengan SUN, diterbitkan untuk membiayai defisit APBN namun berdasarkan prinsip syariah.

2.4  Penilaian Saham dan Obligasi

1.      Faktor Penentu Nilai

Dalam rangka usaha untuk memperbesar volume penjualannya kebanyakan perusahaan besar menjual produknya dengan kredit. Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang langganan, dan barulah kemudian pada hari jatuhnya terjadi aliran kas masuk (cash flow) yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Dengan demikian maka piutang (receivables) merupakan elemen modal kerja yang juga selalu dalam keadaan berputar

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi:

1. Volume penjualan kredit

Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruh penjualan memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan makin besarnya volume penjualan kredit setiap tahunnya berarti bahwa perusahaan itu harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Makin besarnya jumlah piutang berarti makin besar resiko, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar "profitability".

2. Syarat pembayaran penjualan kredit

Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketak berarti bahwa perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit dari pada pertimbangan profitibilitas. Syarat yang ketat misalnya dalam bentuk batas waktu pembayarannya yang pendek. Pembebenan bunga yang berat pada pembayaran piutang yang terlambat.

3. Ketemtuan tentang pembatasan kredit

Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimum atau plafond bagi kredit yang diberikan kepada para langganannya. Makintinggi plafon yang ditetapkan bagi masing-masing langganan berarti makin besar pula dan yang diinvestasikan dalam piutang

4.      Kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang

 Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secara aktif dalam pengumpulan piutang akan mempunyai pengeluaran uang yang lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang tersebut dibandingkan dengan perusahaan lain yang menjalankan kebijaksanaannya secara pasiv.

5.      Kebiasaan membayar dari para langganan

Kebiasaan para langganan untuk membayar dalam”cash discount period” atau sesudahnya akan mempunyai efek terhadap besarnmya investasi dalam piutang. Apabila sebagian besra para langganan membayar dalam waktu selama “discount period”, maka dan yang tertanam dalam piutang akan lebih cepat bebas, yang ini berarti makin kecilnya investasi dalam piutang (Rianto,1998:85-87).

 

2.      Penilain Saham

Penilaian saham dapat diartikan sebagai suatu proses pekerjaan seorang penilai dalam memberikan opini tertulis mengenai nilai ekonomi suatu bisnis atau ekuitas pada saat tertentu. Halim (2003) dalam Astuti (2004:31) menyatakan bahwa terdapat tiga pendekatan dalam penilaian saham, yaitu :

 

1.      Pendekatan Nilai Intrinsik Nilai intrinsik saham adalah nilai nyata (True Value) atau seharusnya dari saham yang ditentukan oleh beberapa faktor fundamental perusahaan. Dan calon investor menghitung nilai intrinsik saham untuk memutuskan strategi investasinya

2.      Pendekatan Nilai Pasar Mempertimbangkan suatu harga saham individual dibandingkan dengan indikator – indikator lain di pasar saham . Jika seorang analis yakin bahwa suatu saham adalah lebih berharga menurut harga pasar daripada harga yang diminta, maka pembelian saham dapat direkomendasikan.

3.      Pendekatan Nilai Buku Nilai buku perlembar saham adalah nilai aktiva bersih (Net Assets) yang dimiliki pemilik dengan memilih satu lembar saham. Dan nilai buku dilihat dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan  

Ada beberapa tujuan dari penilain saham yang dilakukan oleh investor atau pemilik modal, antara lain:

1.      Penilaian saham dilakukan untuk menentukan apakah saham yang akan dibeli/ atau dijual akan memberikan tingkat return yang sesuai dengan tingkat return yang diharapkan.

2.      Untuk memberikan gambaran pada manajemen atas estimasi nilai saham suatu perusahaan yang akan digunakan untuk rujukan manajemen sebagai pertimbangan kebijakan atas saham perusahaan bersangkutan.

3.      Berguna untuk mencari harga wajar suatu saham.

4.      Digunakan untuk membedakan nilai saham menjadi nilai buku, nilai pasar, dan nilai intrinsik.

5.      Untuk melihat kinerja suatu perusahaan.

 

3.      Penilaian Saham Biasa

Menurut Shafabas, 2018. Saham biasa adalah surat berharga yang dijual oleh perusahaan yang menjelaskan niali nominal dan pemiliknya diberi hak suara. Saham biasa mempunyai dua sifat:

1.    Saham biasa memberikan hak atas dividen pada pemiliknya, asalkan perusahaan memiliki keuntungan untuk membayarkan dividen

2.    Saham dapat dijual di masa mendatang, harapannya akan memperoleh keuntungan dari harga jual dibanding dengan harga belinya (capital gaint)

Pendekatan dalam Menilai Saham

·       Pembayaran Dividen Tidak Teratur

Yaitu, pembayaran dividen kas dan pertumbuhan deviden bersifat fluktuasi setiap waktunya

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_8HwuUUpdm5z_KsMQhR9-ZUaIM9Vym1F_QfwUgs9bkIl39BqjRa1LUCxYUiV-kxlrTqoX0V65tTSaidBtkQYWgOIL2h7_gUPUObqayWig3OmwYjEOrwBp19vtkcfFZEiX3DNTQM28eAs/s1600/cap5+%25282%2529.jpg

 

 

 

 

 

 

 

 

 

·       Dividen dengan Tidak Bertumbuh/Jumlah Tetap

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjRbxMXf77Qspq_qMReU4uu6617n_l_k7u573PYhydjhyphenhyphenVhedTZ_AmjUhdRAl56Bcma3SFHkpCKfVlQS6L5HyPaN7rAXF9ykW8IfUDXraoFFRs7L5GG6fjS9_KjQXv7tjEmbdLDxaQsLQ/s1600/cap6+%25282%2529.jpgYaitu, pembayaran deviden setiap termnya selalu tetap

 

 

·       https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8DO-OJxF6YZXP-eCdyXRUrhqKRCf4RHMphl6u8PW7ED7R8IxaxLJTxSBLUt-5sAAyfJN3CNaJoKKeQ4kFZB9PL0cGTS4G6YavyLTWmaEogWZagenOu4rya9sSH9oXymiT6v5Y8-qqBuU/s400/cap6+%25283%2529.jpgDividen dengan pertumbuhan konstan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Penilaian Saham Preferen

Saham  preferen/istimewa adalah surat berharga yang dijual suatu perusahaan yang mempunyai nilai nominal, dimana pemiliknya memperoleh pendapatan tetap dalam bentuk dividen

                                               

4.      Penilain Obligasi

Nilai obligasi yang dimaksud adalah besaran nilai yang dimiliki oleh sebuah obligasi yang mampu memberikan pendapatan pada masa yang akan datang. Sedangkan yield atau yield to maturity dapat didefinisikan sebagai tingkat bunga yang ditawarkan oleh pasar untuk membeli sebuah aset keuangan (tidak hanya terbatas pada obligasi semata) dengan tujuan untuk menukar uang saat ini dengan uang di masa yang akan datang.

Istilah dalam Obligasi:

·         Obligasi (bond=B) adalah surat hutang yang diterbitkan atau dijual oleh sebuah perusahaan atau pemerintah pada saat meminjam uang dari masyarakat untuk jangka waktu panjang.

·         Nilai nominal (par value/face value=F) adalah jumlah pokok obligasi yang akan dibayar pada saat obligasi jatuh tempo.

·         Kupon (C) adalah nilai pembayaran bunga yang dinyatakan atas obligasi.

·         Tarif Kupon (coupon rate=r) adalah nilai kupon tahunan dibagi dengan nilai nominal obligasi. Tarif kupon ini setara dengan tingkat suku bunga untuk pinjaman di bank.

·         Tanggal Jatuh Tempo (maturity date) adalah tanggal tertentu yang digunakan untuk pembayaran pokok (nilai nominal) obligasi.

·         Hasil Sampai Jatuh Tempo (Yield to Maturity / YTM) adalah tingkat pengembalian (hasil) yang diharapkan pasar atas obligasi.

 

 

 

Persamaan Untuk Menghitung Harga Obligasi:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheoNJ-GUbNdw77-GwPwf_2I3y3gHataV3y1P9Y1OaVCB7F9VCA57h1uNSReK5qM-LwFOue8sgeclwnrrxH6WgONldu7wbO7YmJ1zBmxCbuG2GXExHCOPvQqA0G5EoZZ1Bckiqyav8L7uQ/s1600/cap+15+%25282%2529.jpg

Keterangan :

F = nilai nominal obligasi

C = Kupon yang dibayarkan setiap periode

t = jangka waktu sampai dengan jatuh tempo

r = suku bunga di pasar

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

                                                         PENUTUP        

 

3.1  Kesimpulan

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan usaha dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas (Darmadji dan Fakhruddin, 2001:5). Obligasi merupakan salah satu jenis aset finansial dan instrumen modal (utang) yang tergolong surat berharga pasar modal dengan pendapatan tetap (fixed-income securities) yang diperjual belikan dalam pasar modal. Jenis-jenis  Saham terdiri dari, pertama Saham berdasarkan Kapitalisasi Pasar dan Likuditas, kedua Saham berdasarkan Kepemilikannya, ketiga Saham berdasarkan Volatilitas, keempat Saham berdasarkan cara Peralihan Hak dan Jenis-jenis obligasi yaitu, pertama Obligasi Rekap, kedua Surat Utang Negara, ketiga Obligasi Ritel Indonesia, keempat surat berharga Syariah Negara. Adapun Perbedaan antara saham dan obligasi diatas tentu kita bisa memilih mana investasi yang cocok dilakukan, kita dapat mempertimbangkan mengenai jangka waktu, keuntungan dan kemungkinan yang terjadi. Dengan demikian kita dapat menentukan jenis investasi yang terbaik untuk keuntungan yang didapatkan serta kemungkinan resiko yang ada.

Penilaian saham dapat diartikan sebagai suatu proses pekerjaan seorang penilai dalam memberikan opini tertulis mengenai nilai ekonomi suatu bisnis atau ekuitas pada saat tertentu. Nilai obligasi yang dimaksud adalah besaran nilai yang dimiliki oleh sebuah obligasi yang mampu memberikan pendapatan pada masa yang akan datang. Sedangkan yield atau yield to maturity dapat didefinisikan sebagai tingkat bunga yang ditawarkan oleh pasar untuk membeli sebuah aset keuangan (tidak hanya terbatas pada obligasi semata) dengan tujuan untuk menukar uang saat ini dengan uang di masa yang akan datang.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Aduen J, Bernstein WK, Miller J, Kerzner R, Bhatiani A, Davison L et al., 1995, Relationship Between Blood Lactate Concentrations and Ionized Calcium, Glucose, and Acid Base Status in Critically Ill and Noncritically Ill Patients, Crit Care Med, 23(2): 246-52.

Abdul Halim. (2003). Analisis Investasi. Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat : Jakarta.

Bambang Riyanto, 1998. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi 4, BPFE, Yogyakarta.

Brigham, Eugene F. and Joel F Houston. 1999. Manajemen Keuangan, Erlangga, Jakarta.

Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2014. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Buku 1. Edisi 11. Jakarta : Salemba Empat

Darmadji, M. Dan M. Fakhrudin. 2001, Pasar Modal Di Indonesia, Jakarta :Salemba Empat

Dewi Astuti. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan. Cetakan Pertama, Penerbit Ghalia Indonesia : Jakarta.

Estiyanti, Ni Made dan Gerianta Wirawan Yasa. 2012. Pengaruh Faktor Keuangan dan Non Keuangan pada Peringkat Obligasi di Bursa Efek Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XV Banjarmasin 2012.

Gitman, J. Lawrence.(2000).Principles of Managerial Finance, 10th Edition.SanDiego State University.USA.

Hariyanto, Farid dan Siswanto Sudono. 1998. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Hariyanto, Farid dan Siswanto Sudono. 1998. Perangkat dan Teknik Analisis Inverstasi. Jakarta. PT Bursa Efek.

Ikhsan, Adhisyahfitri Evalina dkk. 2012. Peringkat Obligasi dan Faktor yang Mempengaruhinya. Pekbis Jurnal, Vol.4, No.2, Juli 2012:115-123. http://www.portalgaruda.org (diakses 22 September 2020).

Jogiyanto. 2000. ”Teori Portofolio dan Analisis Investasi”. Yogyakarta: BPFE UGM.

Mahfudhoh, Ratih Umroh dan Nur Cahyonowati. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi. Diponegoro Journal Of Accounting, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 1-13. http://www.portalgaruda.org (diakses 22 September 2016).

Mishkin, F. S. 2001. The Economic of Money Banking, and Financial Markets. Sixth Edition. Addison Wesley Longman: Columbia University, Columbia.

Pandutama, Arvian. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi pada Perusahaan Manufaktur Di BEI. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, Vol.1, No.4, Juli 2012. http://www.portalgaruda.org (diakses 22 September).

Sunarjanto dan Tulasi. 2013. Kemampuan Rasio Keuangan dan Corporate Governance Memprediksi Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Consumer Goods. Jurnal Keuangan dan Perbankan Vol 17 No 2 hal 230-242.

Comments

Popular Posts