makalah tentang Saham dan Obligasi,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Saham merupakan salah satu instrumen
keuangan jangka panjang yang diperdagangkan di pasar modal Indonesia. Saham
dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau
badan usaha dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas (Darmadji dan
Fakhruddin, 2001:5). Selembar kertas yang berisi mengenai bukti kepemilikan
atas perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut merupakan wujud dari
saham. Posisi permintaan dan penawaran atas saham yang ada di pasar modal
Indonesia, membuat saham memiliki harga untuk diperjualbelikan. Semakin tinggi
tingkat permintaan dan penawaran terhadap lembar saham, maka harga saham pun
akan tinggi dan juga sebaliknya. Dalam analisis pergerakan harga saham terdapat
analisis fundamental dimana mencakup aspek ekonomi, aspek industri, dan aspek
perusahaan. Menurut Harianto dan Sudono (1998:475), analisis terhadap aspek
perusahaan penting untuk dilakukan oleh investor, karena analisis perusahaan
ini menyangkut penilaian keadaan keuangan perusahaan, dimana dapat dilihat
pendapatan atau laba yang diperoleh perusahaan. Apabila pendapatan atau laba
yang diperoleh perusahaan tinggi, hal ini akan dapat membuat harga saham juga
tinggi (Harianto dan Sudono, 1998:476). Tingginya pendapatan atau laba yang
diperoleh 2 perusahaan membuat kepercayaan investor terhadap perusahaan akan
pengembalian yang diharapkan investor. Kepercayaan investor inilah yang akan
memberikan keputusan investasi untuk membeli saham perusahaan tersebut. Tingkat
pembelian saham perusahaan merupakan permintaan yang nantinya akan mempengaruhi
harga saham perusahaan tersebut. Namun, dalam menilai harga saham para investor
tidak hanya melihat dari dalam perusahaannya saja, tetapi faktor lain seperti
tingkat suku bunga juga perlu dipertimbangkan. Tingkat suku bunga memberikan
pilihan bagi investor untuk menanamkan modal mereka. Jika tingkat suku bunga
tinggi maka investor akan menyimpan modal mereka di bank. Sedangkan, apabila
tingkat suku bunga rendah investor akan menanamkan modal mereka di pasar modal
dengan harapan pengembalian yang tinggi meski dengan resiko yang tinggi pula.
Investasi akan memberikan hasil jika hal tersebut dilakukan dalam kurun waktu
yang panjang. Investor dapat menilai bagaimana kinerja perusahaan melalui
laporan keuangan perusahaan, maupun faktor eksternal perusahaan seperti tingkat
suku bunga untuk mengetahui pengaruhnya terhadap harga saham sebagai landasan
para investor dalam berinvestasi.
Investasi keuangan yang ada di pasar
modal ada dua jenis yaitu investasi dalam surat kepemilikan (saham) dan
investasi dalam surat hutang (obligasi). Investasi dalam surat hutang
(obligasi) lebih diminati para investor karena dapat mendatangkan pendapatan yang
bersifat tetap yang diperoleh dari pokok obligasi dan bunga yang akan diterima
secara periodik pada saat jatuh tempo (Ikhsan et al., 2012). Obligasi merupakan
salah satu jenis aset finansial dan instrumen modal (utang) yang tergolong
surat berharga pasar modal dengan pendapatan tetap (fixed-income securities)
yang diperjual belikan dalam pasar modal. Bursa Efek Indonesia (2010)
mengartikan obligasi sebagai surat utang jangka menengah-panjang yang dapat
dipindah tangankan yang berisi janji dari pihak 2 yang menerbitkan untuk
membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang
pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut
(Sunarjanto dan Tulasi, 2013). Salah satu investasi yang paling diminati oleh
pemodal adalah investasi obligasi. Hal ini dikarenakan obligasi memiliki
pendapatan yang bersifat tetap yang diperoleh dari bunga yang akan diterima
secara periodik dan pokok obligasi pada saat jatuh tempo. Bagi emiten, obligasi
merupakan sekuritas yang aman karena biaya emisinya lebih murah daripada saham.
Selain itu, penerbitan obligasi juga untuk menghindari penilaian jelek investor
dibandingkan jika perusahaan menerbitkan saham baru (Husnan, 2007). Investasi
obligasi merupakan investasi yang lebih aman, lebih baik dan lebih memberikan
jaminan jika dibandingkan dengan investasi saham. Jika perusahaan mengalami
likuidasi, pemegang obligasi memiliki hak pertama atas aset perusahaan karena
perusahaan telah mengikat kontrak untuk melunasi obligasi yang telah dibeli
oleh pemegang obligasi (Pandutama, 2012). Meskipun obligasi sering dipandang
sebagai investasi yang relatif aman, tetapi tidak tertutup kemungkinan investor
mengalami kerugian baik yang berasal dari faktor diluar kinerja perusahaan
maupun faktor internal perusahaan, misalnya risiko dana jatuh tempo tidak
terbayar tepat waktu (Brigham et al., 1999 dalam Estiyanti dan Yasa, 2012).
Perusahaan swasta lebih berisiko jika dibandingkan dengan perusahaan pemerintah
karena perusahaan pemerintah 3 dalam menerbitkan obligasi sudah memiliki rating
obligasi yang termasuk dalam investment grade (level A) yang memiliki kemampuan
untuk melunasi kupon dan pokok hutang pada saat obligasi mengalami jatuh tempo.
Perusahaan swasta bergantung pada kesehatan keuangan perusahaan emiten. Oleh
sebab itu, para investor harus mempertimbangkan peringkat obligasi apabila akan
berinvestasi (Mahfudhoh dan Cahyonowati, 2014)
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapamasalah dalam penulisan makalah ini, antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan Saham dan Obligasi?
2. Apa saja
perbedaan Saham dan Obligasi tersebut?
3.Apa saja jenis Saham dan Obligasi?
4. Bagaimana
cara penilaian Saham dan Obligasi
1.3
Tujuan Perusahaan
Tujuan dilakukan penulisan ini
adalah untuk mendapatkan pemahaman mengenai:
1. Untuk mengetahui definisi Saham dan Obligasi.
2. Untuk mengetahui perbedaan Saham dan Obligasi.
3. Untuk mengetahui jenis
Saham dan Obligasi.
4. Untuk
mengetahui penilaian Saham dan Obligasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Saham dan Obligasi
A.
Pengertian Saham
Saham merupakan salah satu instrumen
keuangan jangka panjang yang diperdagangkan di pasar modal Indonesia. Saham
dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan
usaha dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas (Darmadji dan Fakhruddin,
2001:5).
Ada berbagai
definisi saham yang telah dikemukakan oleh para ahli maupun berbagai buku-buku
teks, antara lain:
·
Menurut Gitman: Saham
adalah bentuk paling murni dan sederhana dari kepemilikan perusahaan.
(Gitman:2000, 7)
·
Menurut Bernstein: Saham
adalah selembar kertas yang menyatakan kepemilikan dari sebagian perusahaaan.
(Bernstein:1995, 197)
·
Menurut Mishkin: Saham
adalah suatu sekuritas yang memiliki klaim terhadap pendapatan dan asset sebuah
perusahaan. Sekuritas sendiri dapat diartikan sebagai klaim atas pendapatan
masa depan seorang peminjam yang dijual oleh peminjam kepada yang meminjamkan,
sering juga disebut instrumen keuangan. (Mishkin:2001, 4).
B. Pengertian
Obligasi
Obligasi merupakan salah satu jenis aset finansial dan
instrumen modal (utang) yang tergolong surat berharga pasar modal dengan
pendapatan tetap (fixed-income securities) yang diperjual belikan dalam pasar
modal. Bursa Efek Indonesia (2010) mengartikan obligasi sebagai surat utang
jangka menengah-panjang yang dapat dipindah tangankan yang berisi janji dari
pihak 2 yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode
tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak
pembeli obligasi tersebut (Sunarjanto dan Tulasi, 2013). Investasi obligasi
merupakan investasi yang lebih aman, lebih baik dan lebih memberikan jaminan
jika dibandingkan dengan investasi saham. Jika perusahaan mengalami likuidasi,
pemegang obligasi memiliki hak pertama atas aset perusahaan karena perusahaan
telah mengikat kontrak untuk melunasi obligasi yang telah dibeli oleh pemegang
obligasi (Pandutama, 2012). Meskipun obligasi sering dipandang sebagai
investasi yang relatif aman, tetapi tidak tertutup kemungkinan investor
mengalami kerugian baik yang berasal dari faktor diluar kinerja perusahaan
maupun faktor internal perusahaan, misalnya risiko dana jatuh tempo tidak
terbayar tepat waktu (Brigham et al., 1999 dalam Estiyanti dan Yasa, 2012).
2.2
Perbedaan
Saham dan Obligasi
Perbedaan
Antara Saham dengan Obligasi
- Penghasilan pemilik saham disebut
sebagai deviden dimana frekuensi penghasilan yang dia terima tidak
ditentukan sedangkan pada pemilik obligasi, penghasilan yang diterima
sudah disebutkan pada surat obligasi dengan tingkat bunga yang sudah
disesuaikan untuk jangka waktu tertentu.
- Keuntungan
investasi
yang didapatkan oleh pemegang saham bergantung pada keuntungan perusahaan
sehingga tidak bisa ditentukan secara tetap. Bahkan dalam beberapa kasus
jika perusahaan merugi maka Anda selaku pemegang saham juga merasakan
imbasnya. Sedangkan pemegang obligasi keuntungannya sudah dapat dipastikan
karena pada faktanya tidak memiliki hubungan dengan perusahaan.
- Harga
investasi saham
tidak bisa dipastikan dan cukup sulit untuk diprediksi. Terkadang harga
saham bisa naik namun tidak jarang juga turun, bergantung pada
perkembangan perusahaan. Sedangkan harga obligasi biasanya relatif stabil
dan sensitif terhadap suku bunga dan tingkat inflasi.
- Bentuk
kepemilikan pada
saham adalah pemegang saham memiliki hak milik terhadap perusahaan
tertentu, sedangkan bentuk kepemilikan pada obligasi hanya berbentuk
pengakuan utang. Jadi, pemegang saham sudah sebagai pemilik perusahaan
atau memiliki hak pada suatu perusahaan, sedangkan pemegang obligasi bukan
pemilik perusahaan melainkan perusahaan hanya berutang.
- Waktu
investasi
saham bersifat jangka waktu tidak tertentu sedangkan obligasi sudah
memiliki jangka waktu yang ditetapkan.
- Pajak pemegang saham sudah dipotong
terlebih dahulu jadi keuntungan yang diperoleh oleh bersifat bersih,
sedangkan pemilik obligasi, keuntungan yang akan diperoleh mengalami
pemotongan. Karena itu biasanya perhitungan potongan pajak sudah dilakukan
terlebih dahulu sebelum pembayaran utang oleh pihak perusahaan.
- Hak
suara
atau menentukan kebijakan perusahaan pada pemegang saham memiliki andil
untuk menentukannya karena merupakan pemilik perusahaan juga. Sedangkan
pemegang obligasi tidak dapat ikut serta menentukan kebijakan perusahaan karena
statusnya adalah sebagai pemberi pinjaman.
- Jika likuidasi atau pembubaran terjadi pada perusahaan maka
pemegang saham tidak memiliki hak prioritas untuk pembagian. Pembagian
bukan prioritas perusahaan. Namun pada pemegang obligasi punya klaim
inferior untuk mendapatkan aset-aset yang dipunyai oleh perusahaan demi
pembayaran utang. Oleh karena itu, pemilik obligasi diprioritaskan ketika
perusahaan mengalami likuidasi.
Dari
pengertian dan perbedaan antara saham dan obligasi diatas tentu kita bisa
memilih mana investasi yang cocok dilakukan, kita dapat mempertimbangkan
mengenai jangka waktu, keuntungan dan kemungkinan yang terjadi. Dengan demikian
kita dapat menentukan jenis investasi yang terbaik untuk keuntungan yang
didapatkan serta kemungkinan resiko yang ada.
2.3 Jenis Saham dan Obligasi
·
Jenis-Jenis Saham
a.
Saham Berdasarkan Kapitalisasi Pasar Dan Likuditas.
Kapitalisasi
Pasar adalah harga saham dikalikan dengan jumlah saham yang beredar di pasar.
Suatu saham yang berkapitalisasi besar biasanya lebih likuid atau mudah
diperjualbelikan di bursa (Jogianto, 2000:59).
b. Saham Berdasarkan Kepemilikannya
saham berdasarkan Kepemilikannya terdiri dari saham biasa dan saham
preferen. Saham Biasa (common stock) adalah surat berharga dalam bentuk piagam atau sertifikat yang
memberikan pemegangnya bukti atas hak-hak dan kewajiban menyangkut andil
kepemilikan dalam suatu perusahaan. Saham biasa mempunyai sifat kebalikan dari
Saham Preferen (preferred stock) dalam hal pengambilan suara, pembagian
deviden dan hak-hak yang lain. Sedangkan Saham Preferen (preferred stock)
adalah bagian saham yang memiliki tambahan hak melebihi saham biasa. Saham preferen disebut juga dengan saham
istimewa sebab mempunyai banyak keistimewaan. Biasanya keistimewaan ini
dihubungkan dalam hal pembagian deviden
atau pembagian aktiva pada saat likuiditas (Jogiyanto, 2000:59).
c. Saham
Berdasarkan Volatilitas
Volatilitas
adalah besarnya jarak antara fluktuasi harga harian suatu saham. Saham dengan
fluktuasi harga yang tinggi disenangi oleh para trader, namun saham ini
juga bisa memicu kerugian besar kalau tidak hati-hati. Berdasarkan
volatilitasnya, jenis saham dibagi menjadi:
·
Saham dengan Volatilitas Tinggi
Saham ini memiliki jarak fluktuasi harga
yang lebar. Mudah naik dan mudah turun, seringkali dalam transaksi harian
pergerakannya bisa mencapai 5-10% atau lebih.
·
Saham dengan Volatilitas Rendah
Saham ini kalau bergerak sangat lambat. Setiap
kali naik sekitar 1-2% atau kurang. Jenis
saham ini tidak cocok untuk seorang trader
(Jogiyanto, 2000:59).
d.
Saham berdasarkan Cara Peralihan Hak
terdiri dari saham atas unjuk dan saham atas nama. Saham Atas Unjuk adalah saham yang tidak mempunyai nama
pemilik saham tersebut. Saham jenis ini sangat mudah dipindahkan seperti halnya mata uang.
Oleh karena itu kualitas kertas lembar saham dibuat spesifik agar sulit untuk
dapat dipalsukan. Sedangkan Saham Atas Nama
adalah saham yang ditulis dengan jelas siapa pemiliknya. Saham jenis ini merupakan kebalikan dari saham atas unjuk. Saham
ini memuat nama pemiliknya dan nama ini akan tercantum dalam buku perseroan
sehingga apabila terjadi pemindahan saham atas nama maka harus menempuh
prosedur tertentu yang harus dipenuhi (Jogiyanto, 2000:59).
·
Jenis-jenis obligasi
Brigham dan Joel
F, 2014. obligasi dapat dilihat dari penerbitnya,
yaitu, Obligasi perusahaan dan Obligasi pemerintah. Obligasi pemerintah sendiri terdiri dalam beberapa
jenis, yaitu:
1. Obligasi Rekap, diterbitkan guna suatu tujuan khusus yaitu dalam rangka
Program Rekapitalisasi Perbankan;
2. Surat Utang Negara (SUN), diterbitkan untuk membiayai defisit APBN;
3.
Obligasi Ritel
Indonesia (ORI),
sama dengan SUN, diterbitkan untuk membiayai defisit APBN namun dengan nilai
nominal yang kecil agar dapat dibeli secara ritel;
4. Surat Berharga
Syariah Negara atau
dapat juga disebut "obligasi syariah" atau "obligasi
sukuk", sama dengan SUN, diterbitkan untuk membiayai defisit APBN namun
berdasarkan prinsip syariah.
2.4 Penilaian Saham dan Obligasi
1.
Faktor Penentu Nilai
Dalam rangka
usaha untuk memperbesar volume penjualannya kebanyakan perusahaan besar menjual
produknya dengan kredit. Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan
kas, tetapi menimbulkan piutang langganan, dan barulah kemudian pada hari
jatuhnya terjadi aliran kas masuk (cash flow) yang berasal dari pengumpulan
piutang tersebut. Dengan demikian maka piutang (receivables) merupakan elemen
modal kerja yang juga selalu dalam keadaan berputar
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi:
1. Volume penjualan kredit
Makin besar
proporsi penjualan kredit dari keseluruh penjualan memperbesar jumlah investasi
dalam piutang. Dengan makin besarnya volume penjualan kredit setiap tahunnya
berarti bahwa perusahaan itu harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi
dalam piutang. Makin besarnya jumlah piutang berarti makin besar resiko, tetapi
bersamaan dengan itu juga memperbesar "profitability".
2. Syarat pembayaran penjualan
kredit
Apabila
perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketak berarti bahwa perusahaan
lebih mengutamakan keselamatan kredit dari pada pertimbangan profitibilitas.
Syarat yang ketat misalnya dalam bentuk batas waktu pembayarannya yang pendek.
Pembebenan bunga yang berat pada pembayaran piutang yang terlambat.
3. Ketemtuan tentang pembatasan
kredit
Dalam
penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimum atau plafond bagi
kredit yang diberikan kepada para langganannya. Makintinggi plafon yang
ditetapkan bagi masing-masing langganan berarti makin besar pula dan yang
diinvestasikan dalam piutang
4.
Kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang
Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan
secara aktif dalam pengumpulan piutang akan mempunyai pengeluaran uang yang
lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang tersebut dibandingkan
dengan perusahaan lain yang menjalankan kebijaksanaannya secara pasiv.
5.
Kebiasaan membayar dari para langganan
Kebiasaan
para langganan untuk membayar dalam”cash discount period” atau sesudahnya akan
mempunyai efek terhadap besarnmya investasi dalam piutang. Apabila sebagian
besra para langganan membayar dalam waktu selama “discount period”, maka dan
yang tertanam dalam piutang akan lebih cepat bebas, yang ini berarti makin
kecilnya investasi dalam piutang (Rianto,1998:85-87).
2.
Penilain Saham
Penilaian saham dapat diartikan
sebagai suatu proses pekerjaan seorang penilai dalam memberikan opini tertulis
mengenai nilai ekonomi suatu bisnis atau ekuitas pada saat tertentu. Halim
(2003) dalam Astuti (2004:31) menyatakan bahwa terdapat tiga pendekatan dalam
penilaian saham, yaitu :
1.
Pendekatan Nilai Intrinsik Nilai intrinsik saham
adalah nilai nyata (True Value) atau seharusnya dari saham yang ditentukan oleh
beberapa faktor fundamental perusahaan. Dan calon investor menghitung nilai
intrinsik saham untuk memutuskan strategi investasinya
2.
Pendekatan Nilai Pasar Mempertimbangkan suatu harga saham individual
dibandingkan dengan indikator – indikator lain di pasar saham . Jika seorang
analis yakin bahwa suatu saham adalah lebih berharga menurut harga pasar
daripada harga yang diminta, maka pembelian saham dapat direkomendasikan.
3.
Pendekatan Nilai Buku Nilai buku perlembar saham adalah nilai aktiva bersih
(Net Assets) yang dimiliki pemilik dengan memilih satu lembar saham. Dan nilai
buku dilihat dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan
Ada beberapa tujuan dari penilain
saham yang dilakukan oleh investor atau pemilik modal, antara lain:
1. Penilaian
saham dilakukan untuk menentukan apakah saham yang akan dibeli/ atau dijual
akan memberikan tingkat return yang sesuai dengan tingkat return yang
diharapkan.
2. Untuk
memberikan gambaran pada manajemen atas estimasi nilai saham suatu perusahaan
yang akan digunakan untuk rujukan manajemen sebagai pertimbangan kebijakan atas
saham perusahaan bersangkutan.
3. Berguna
untuk mencari harga wajar suatu saham.
4. Digunakan
untuk membedakan nilai saham menjadi nilai buku, nilai pasar, dan nilai
intrinsik.
5. Untuk
melihat kinerja suatu perusahaan.
3. Penilaian
Saham Biasa
Menurut Shafabas, 2018. Saham biasa
adalah surat berharga yang dijual oleh perusahaan yang menjelaskan niali
nominal dan pemiliknya diberi hak suara. Saham biasa mempunyai dua sifat:
1. Saham
biasa memberikan hak atas dividen pada pemiliknya, asalkan perusahaan memiliki
keuntungan untuk membayarkan dividen
2. Saham
dapat dijual di masa mendatang, harapannya akan memperoleh keuntungan dari
harga jual dibanding dengan harga belinya (capital gaint)
Pendekatan
dalam Menilai Saham
·
Pembayaran Dividen Tidak
Teratur
Yaitu,
pembayaran dividen kas dan pertumbuhan deviden bersifat fluktuasi setiap
waktunya
·
Dividen dengan Tidak
Bertumbuh/Jumlah Tetap
Yaitu,
pembayaran deviden setiap termnya selalu tetap
·
Dividen dengan pertumbuhan konstan
Penilaian Saham Preferen
Saham preferen/istimewa adalah
surat berharga yang dijual suatu perusahaan yang mempunyai nilai nominal,
dimana pemiliknya memperoleh pendapatan tetap dalam bentuk dividen
4.
Penilain Obligasi
Nilai obligasi yang dimaksud adalah besaran nilai yang
dimiliki oleh sebuah obligasi yang mampu memberikan pendapatan pada masa yang
akan datang. Sedangkan yield atau yield to maturity dapat didefinisikan sebagai
tingkat bunga yang ditawarkan oleh pasar untuk membeli sebuah aset keuangan
(tidak hanya terbatas pada obligasi semata) dengan tujuan untuk menukar uang
saat ini dengan uang di masa yang akan datang.
Istilah
dalam Obligasi:
·
Obligasi (bond=B) adalah surat
hutang yang diterbitkan atau dijual oleh sebuah perusahaan atau pemerintah pada
saat meminjam uang dari masyarakat untuk jangka waktu panjang.
·
Nilai nominal (par value/face
value=F) adalah jumlah pokok obligasi yang akan dibayar pada saat obligasi
jatuh tempo.
·
Kupon (C) adalah nilai pembayaran
bunga yang dinyatakan atas obligasi.
·
Tarif Kupon (coupon rate=r) adalah
nilai kupon tahunan dibagi dengan nilai nominal obligasi. Tarif kupon ini
setara dengan tingkat suku bunga untuk pinjaman di bank.
·
Tanggal Jatuh Tempo (maturity date)
adalah tanggal tertentu yang digunakan untuk pembayaran pokok (nilai nominal)
obligasi.
·
Hasil Sampai Jatuh Tempo (Yield to
Maturity / YTM) adalah tingkat pengembalian (hasil) yang diharapkan pasar atas
obligasi.
Persamaan Untuk Menghitung
Harga Obligasi:
Keterangan :
F = nilai
nominal obligasi
C = Kupon
yang dibayarkan setiap periode
t = jangka
waktu sampai dengan jatuh tempo
r = suku
bunga di pasar
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Saham dapat
didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan
usaha dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas (Darmadji dan Fakhruddin,
2001:5). Obligasi
merupakan salah satu jenis aset finansial dan instrumen modal (utang) yang
tergolong surat berharga pasar modal dengan pendapatan tetap (fixed-income
securities) yang diperjual belikan dalam pasar modal. Jenis-jenis Saham
terdiri dari, pertama Saham berdasarkan Kapitalisasi Pasar dan Likuditas, kedua Saham berdasarkan
Kepemilikannya, ketiga Saham berdasarkan Volatilitas, keempat Saham berdasarkan
cara Peralihan Hak dan Jenis-jenis obligasi yaitu, pertama Obligasi Rekap,
kedua Surat Utang Negara, ketiga Obligasi Ritel Indonesia, keempat surat berharga
Syariah Negara. Adapun Perbedaan antara saham dan obligasi diatas tentu kita bisa
memilih mana investasi yang cocok dilakukan, kita dapat mempertimbangkan
mengenai jangka waktu, keuntungan dan kemungkinan yang terjadi. Dengan demikian
kita dapat menentukan jenis investasi yang terbaik untuk keuntungan yang
didapatkan serta kemungkinan resiko yang ada.
Penilaian saham dapat
diartikan sebagai suatu proses pekerjaan seorang penilai dalam memberikan opini
tertulis mengenai nilai ekonomi suatu bisnis atau ekuitas pada saat tertentu. Nilai obligasi yang dimaksud adalah besaran nilai yang
dimiliki oleh sebuah obligasi yang mampu memberikan pendapatan pada masa yang
akan datang. Sedangkan yield atau yield to maturity dapat didefinisikan sebagai
tingkat bunga yang ditawarkan oleh pasar untuk membeli sebuah aset keuangan
(tidak hanya terbatas pada obligasi semata) dengan tujuan untuk menukar uang
saat ini dengan uang di masa yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Aduen J, Bernstein WK, Miller J, Kerzner R, Bhatiani
A, Davison L et al., 1995, Relationship
Between Blood Lactate Concentrations and Ionized Calcium, Glucose, and Acid
Base Status in Critically Ill and Noncritically Ill Patients, Crit Care
Med, 23(2): 246-52.
Abdul Halim. (2003). Analisis Investasi. Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat :
Jakarta.
Bambang Riyanto, 1998. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi 4, BPFE, Yogyakarta.
Brigham, Eugene F. and Joel F Houston. 1999. Manajemen Keuangan, Erlangga, Jakarta.
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2014. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Buku 1.
Edisi 11. Jakarta : Salemba Empat
Darmadji, M. Dan M. Fakhrudin. 2001, Pasar Modal Di Indonesia, Jakarta
:Salemba Empat
Dewi Astuti. 2004. Manajemen
Keuangan Perusahaan. Cetakan Pertama, Penerbit Ghalia Indonesia : Jakarta.
Estiyanti, Ni Made dan Gerianta Wirawan Yasa. 2012. Pengaruh Faktor Keuangan dan Non Keuangan
pada Peringkat Obligasi di Bursa Efek Indonesia. Simposium Nasional
Akuntansi XV Banjarmasin 2012.
Gitman, J. Lawrence.(2000).Principles of Managerial Finance, 10th Edition.SanDiego State
University.USA.
Hariyanto, Farid dan Siswanto Sudono. 1998. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta.
PT Raja Grafindo Persada.
Hariyanto, Farid dan Siswanto Sudono. 1998. Perangkat dan Teknik Analisis Inverstasi.
Jakarta. PT Bursa Efek.
Ikhsan, Adhisyahfitri Evalina dkk. 2012. Peringkat Obligasi dan Faktor yang
Mempengaruhinya. Pekbis Jurnal, Vol.4, No.2, Juli 2012:115-123.
http://www.portalgaruda.org (diakses 22 September
2020).
Jogiyanto. 2000. ”Teori
Portofolio dan Analisis Investasi”. Yogyakarta: BPFE UGM.
Mahfudhoh, Ratih Umroh dan Nur Cahyonowati. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Peringkat Obligasi. Diponegoro Journal Of Accounting, Volume 1, Nomor 1,
Tahun 2014, Halaman 1-13. http://www.portalgaruda.org (diakses 22
September 2016).
Mishkin, F. S. 2001. The Economic of Money Banking,
and Financial Markets. Sixth Edition. Addison Wesley Longman: Columbia
University, Columbia.
Pandutama, Arvian. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi pada
Perusahaan Manufaktur Di BEI. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, Vol.1,
No.4, Juli 2012. http://www.portalgaruda.org (diakses 22
September).
Sunarjanto dan Tulasi. 2013. Kemampuan Rasio Keuangan dan Corporate Governance Memprediksi
Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Consumer Goods. Jurnal Keuangan dan
Perbankan Vol 17 No 2 hal 230-242.
Comments
Post a Comment