makalah measurement(pengukuran) sampling
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menurut Sugiyono (2017:81) Sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua
yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu,
maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Sugiyono (2013: 118) mendefinisikan sampel sebagai
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut,
sedangkan Arikunto (2013: 174) mendefinisikan sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian dari
populasi yang mewakili karakter populasi tersebut sehingga dapat menunjang
penelitian.
Menurut
Endang Purwanti (2008:4) pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya
yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa,
atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Sedangkan Pengukuran
bisa diartikan sebagai proses memasangkan fakta-fakta suatu objek dengan
fakta-fakta satuan tertentu (Djaali & Pudji Muljono, 2007). Jadi, Pengukuran
(measurement) adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan fakta
kuantitatif dengan membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran standar yang
disesuaikan sesuai dengan objek yang akan diukur. Pengukuran bukan hanya dapat
mengukur hal-hal yang tampak saja namun dapat juga mengukur benda-benda yang
dapat di bayangkan seperti kepercayaan konsumen, ketidak pastian dll.
Pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau karakteristik
peserta didik tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan peserta didik tersebut,
akan tetapi karakteristik atau atributnya. Suryabrata (1984) mendefinisikan secara
sederhana bahwa pengukuran terdiri atas aturan-aturan untuk mengenakan
bilangan-bilangan kepada sesuatu obyek untuk mempresentasikan kuantitas atribut
pada obyek tersebut. Cronbach yang dikutip oleh Mehren (1973) mendefinisikan
pengukuran sebagai suatu prosedur yang sistematis untuk mengamati perilaku
seseorang dan menggambarkannya dengan bantuan skala numerik atau sistem
pengkategorian. Hamalik (1989), menyatakan bahwa kualitas dan kuantitas hasil
pengukuran itu banyak bergantung pada jenis dan mutu alat ukur yang digunakan.
Measurement
sampling (pengukuran sample) adalah bagian yang sentral didalam metodologi
penelitian karena pengukuran sample dianggap sebagai jantung dari suatu
penelitian. Pengukuran sample menjadi sumber yang paling menentukan baik
buruknya hasil sebuah penelitian. Untuk memahami sepenuhnya tentang pengukuran
sample ini didalam penelitian, untuk itu perlu diperhatikan komponen-komponen
yang lebih rinci pada metodologi penelitian. Ada dua metodologi yang dicakup
yaitu metodologi data dan metodologi informasi. Dua metodologi ini saling
terkait, dimana disatu pihak data adalah syarat perlu untuk menghasilkan
informasi, dipihak lain informasi menjadi syarat cukup untuk menjawab
permasalahan sehubungan dengan penelitian tersebut, pengukuran berada pada
bidang pemahaman data yang berhadapan dengan interpretasi dalam bidang
pemahaman informasi. Keterkaitan kedua hal tersebut diperankan oleh adanya variabel.
Menurut Sugiyono (2014:61), Variabel penelitian
adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel merupakan sesuatu yang nilainya berbeda-beda. Perbedaan nilai
yang dimaksud adalah nila-nilai yang dihasilkan dari proses pengukuran yang
berulang yang dilakukan terhadap objek yang ingin diperhatikan. Objek yang kita
perhatikan tersebut dalam hali ini dikatakan sebagai unit analisis.
Didalam pembahasan kali ini akan di bahas
lebih lanjut mengenai metode pengukuran sample, mengenai bagaimana mengukur
dengan alat/cara apa dilakukan pengukuran. Dengan demikian seorang peneliti
akan lebih memahami bagaimana caranya dalam mengklasifikasikan sample yang
bervarian kedalam kelompok-kelompok tertentu dan bagaimana memproses sample
tersebut yang tentunya dengan menggunakan instrument pengukuran sehingga pada
akhirnya menghasilkan hasil penelitian yang mudah dipahami.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapamasalah dalam penulisan makalah ini, antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan Measurement (Pengukuran)
Sampling didalam Suatu Penelitian?
2. Bagaimana Melakukan Desain Measurement Sampling?
3. Apa penyebab
kesalahan-kesalahan didalam Measurement Sampling?
4. Apa saja Strategi
untuk meminimalisasi kesalahan Measurement Sampling?
5. Bagaimana cara menguji
Measurement Sampling?
6.
Apa saja Teknik Pengembangan Instrument Measurement Sampling?
1.3
Tujuan
Tujuan dilakukan penulisan ini adalah
untuk mendapatkan pemahaman mengenai:
1.
Untuk mengetahui definisi Measurement Sampling.
2. Untuk mengetahui Desain Measurement Sampling.
3. Untuk
mengetahui Kesalahan dalam Measurement Sampling.
4. Untuk mengetahui meminimalisasi Kesalahan
Measurement Sampling.
5. Untuk mengetahui cara menguji Measurement
Sampling.
6. Untuk mengetahui Teknik Pengembangan
Instrument Measurement Sampling.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Measurement Sampling
Measurement sampling (pengukuran sample) penelitian
merupakan tahapan terpenting. Dengan melakukan pengukuran sample maka peneliti
akan dapat mengerti proses dari pengkalifikasian dan pengelompokkan sample.
Menurut Sherri L. Jackson (2009:59), ada
beberapa skala yang dikategorikan di dalam pengukuran sample, antara lain
sebagai berikut :
1.
Skala Nominal
Skala nominal adalah skala yang hanya
digunakan untuk memberikan kategori saja. Skala nominal adalah skala yang
paling sederhana, disusun menurut jenis (kategorinya) atau fungsi bilangan
hanya sebagai simbol untuk membedakan sebuah karakteristik dengan karakteristik
yang lainnya. Skala nominal adalah skala yang hanya mendasarkan pada
pengelompokkan atau pengkategorian peristiwa atau fakta dan apabila menggunakan
notasi angka hal itu sama sekali tidak menunjukkan perbedaan kuantitatif tetapi
hanya menunjukkan perbedaan kualitatif. Adapun ciri-ciri dari
skala nominal adalah:
a.
Kategori data
bersifat mutually exclusive (saling memisah). Contoh
Mahasiswa Ekonomi Akuntansi: 12 Orang
b.
Kategori data
tidak mempunyai aturan yang logis (bisa sembarang). Hasil perhitungan dan tidak
ditemui bilangan pecahan. Angka yang tertera hanya lebel semata. Tidak
mempunyai ukuran baru. Dan tidak mempunyai nol
mutlak. Contoh Mahasiswa Ekonomi Manajamen 10
orang.
2.
Skala Ordinal
Skala ordinal
adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan peringkat
antar tingkatan akan tetapi jarak atau interval antar tingkatan belum jelas.
Skala ini adalah pengukuran yang mana skala yang digunakan disusun secara
runtut dari yang rendah sampai yang tinggi. Adapun ciri-ciri dari skala ordinal
antara lain : kategori data saling memisah, kategori data memiliki aturan yang
logis, kategori data ditentukan skala berdasarkan jumlah karakteristik khusus
yang dimilikinya.
Contoh :
Berilah
peringkat Rumah Sakit Jambi berikut berdasarkan kualitas pelayanan nya !
a.
Rumah Sakit
Siloam.........................................10
b.
Rumah Sakit
Kambang......................................9
c.
Rumah Sakit Umum
Raden Mattaher................8
d.
Rumah Sakit Umum
Abdul manaf.....................7
e.
Rumah sakit
Bratanata(DKT).............................6
3.
Skala Interval
Skala interval adalah skala
pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan peringkat antar
tingkatan, dan jarak antar interval atau tingkatan sudah jelas namun belum memiliki nilai 0 (nol) yang
mutlak. Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak satu data dengan
data yang lain dengan bobot nilai yang sama.
Contoh Skala pada jam,termometer,tanggal.
Ciri-ciri dari skala ini ada lima :
a.
Kategori data
bersifat saling memisah
b.
Kategori data
memiliki aturan yang logis
c.
Kategori data
ditentukan sekalanya berdasarkan jumlah karaaktristik
khusus yang dimilikinya
d.
Perbedaan karakteristik
yang sama tergambar dalam perbedaan yang sama dalam jumlah yang dikenakan pada kategori.
e.
Angka nol
hanya menggambarkan satu titik dalam sekala (tidak punya nilai nol absolut).
4.
Skala Rasio
Skala rasio adalah skala pengukuran yang sudah dapat
digunakan untuk menyatakan peringkat atau tingkatan dan jarak antar tingkatan
sudah jelas, dan memiliki nilai 0 (nol) yang mutlak. Dengan demikian skala
rasio menunjukkan jenis pengukuran yang sangat jelas dan akurat. Contoh Jumlah Pendapatan dan Hasil
penjualan, berapa penjualan bersih didalam satu tahun ? Antara Rp. 500 juta s/d
1 milyar, lebih dari Rp. 1 Milyar s/d 100 Milyar dsb.
2.2 Desain
Measurement Sampling
Ada
4 skala didalam desain measurement sampling, antara lain adalah sebagai berikut
:
1.
Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapatan dan
persepsi seseorang tentang fenomena sosial.
Contoh :
Apakah pelayanan rumah sakit ini sudah seusuai dengan yang
saudara harapakan ?
a.
Sangat setuju skor 5
b.
Setuju skor 4
c.
Tidak ada pendapatan skor 3
d.
Tidak setuju skor 2
e.
Sangat tidak setuju skor
1
2.
Skala Guttman
Skala guttman akan memberikan respon yang
tegas, yang terdiri dari dua alternative. Contoh:
1.
Ya dan tidak
2.
Baik dan buruk
3.
Pernah dan belum
pernah
4.
Punya dan tidak punya
3.
Skala Semantik
Deferensial
Skala ini digunakan untuk mengukur
sikap tidak dalam bentuk pilihan ganda atau checklist, tetapi tersusun dari
sebuah garis kontinuem dimaan nilai yang sangat negative terletak disebelah
kiri sedangkan nilai yang sangat positif terletak disebelah kanan. Contoh: Bagaimana tanggapan
saudara terhadapan pelayanan perusahaan provider ini ?, Sangat Buruk dan Sangat Baik.
4.
Skala Rating
Dalam skala rating data yang diperoleh
adalah data kuantitatif kemudian peneliti baru mentranformasikan data kuantitatif
tersebut menjadi data kualitatif. Contoh Kenyamanan Ruang Loby Rumah Sakit:
5,4,3,2,1.
2.3 Error in Measurement Sampling
Idealnya didalam suatu penelitian,
pengukuran sample haruslah tepat dan jelas, untuk itu seorang peneliti harus
cermat didalam memperhatikan penyebab kesalahan didalam pengukuran sample. Pada
umumnya kuesioner dirancang dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi yang berguna. Data yang diperoleh harus valid
dan respon yang benar harus terukur. Berikut dibawah ini adalah beberapa aspek
yang memungkinkan berpengaruh terhadap terjadinya berbagai kesalahan didalam
pengukuran sample (Kothari, 2004:74)
diantaranya:
a. Responden
Pada saat melakukan penelitian, beberapa
responden bisa saja hanya mempunyai sedikit/keterbatasan pengetahuan tentang
subjek/studi penelitian sehingga memiliki kemampuan terbatas untuk merespon
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh seorang interviewer sehingga hasilnya
tidak begitu akurat.
b. Situasi
Ada beberapa situasi yang menyebabkan
kesalahan didalam pengkuran sample. Ada situasi dimana seorang responden tidak
benar-benar memahami didalam menjawab pertanyaan seorang interviewer (hanya
sekedar hadir saja) dan adapula situasi dimana ketika seorang responden merasa
tidak yakin atas kerahasiaan dirinya didalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
seorang interviewer sehingga responden menolak untuk memberikan jawaban.
c. Ukuran.
Kesalahan didalam pengkodean,
penjumlahan tabulasi atau statistik, uji coba analisis data merupakan penyebab
kesalahan didalam pengukuran sample. Kesalahan merujuk pada ketidak akuratan
dalam mencatat respon yang diberikan responden karena kelemahan instrument
dalam memilih pokok-pokok pertanyaan, ketidakmampuan interviewer atau
pertanyaan yang dibuat cendrung mengarahkan jawaban responden.
d. Instrumen
Kesalahan didalam pengkuran sample
muncul akibat instrument pengukuran yang tidak efektif, seperti : menggunakan
bahasa yang sulit dimengerti, melampaui pemahaman responden, makna yang ambigu,
cetakan yang buruk, keterbatasan ruang untuk menjawab pertanyaan, tidak adanya
pilihan jawaban dari soalan yang ditanyakan dan lain sebagainya adalah beberapa
hal yang bisa menyebabkan kesalahan didalam pengukuran sample.
2.4 Strategi Untuk Meminimalisasi Error in
Measurement Sampling
Seorang peneliti harus bisa untuk mengeliminasi
elemen-elemen yang bisa menyebabkan kesalahan didalam pengukuran sample dengan
terlebih dahulu memahami dan memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang akan
terjadi. Menurut Geoffrey Marczyk, Davide Dematteo, David
Festinger (2005:104), Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk
meminimalisasi kesalahan pengukuran sample. Ini harus dimulai semenjak tahapan
desain pengukuran sample dan harus difokuskan kepada pengumpulan data dan
strategi pengukuran yang digunakan untuk mengukur variabel dependent dan
independent. Pendekatan tersebut antara lain
:
1. Administrasi
dari pengukuran sample
harus rapi dan konsisten.
2. Peneliti harus membuat responden mengerti instruksi dari konten
instrument strategi pengukuran. Jika responden kesulitan mengerti tujuan atau
arahan tersebut maka akan memungkinkan responden tidak akan menjawab secara
akurat dalam hal ini akan berpotensi menyebabkan data bias.
3. Setiap peneliti yang terlibat didalam pengumpulan data
harus terlatih didalam menggunakan strategi pengukuran sebelum studi penelitian dilakukan.
4. Setiap usaha harus dibuat untuk meyakinkan bahwa data
dicatat, disusun, dan dianalisa secara akurat.
2.5 Uji Measurement Sampling
Uji
pengukuran sample harus melalui 3 tahapan test yaitu validitas, reliabilitas
dan praktis. Faktanya, ketiga uji pengukuran sample tersebut merupakan
pertimbangan terbesar didalam mengevaluasi suatu alat pengukuran. Validitas mengacu kepada perluasan uji
ukur mengenai apa yang akan kita ukur. Reliabilitas
harus dilakukan dengan prosedur pengukuran yang akurat dan teliti. Praktis menyangkut area yang luas dari
factor ekonomi, kenyamanan dan interpretasi. (Kothari, 2004:73).
a.
Uji
Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya.
Selain itu validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan bahwa variabel yang
diukur memang benar-benar variabel yang hendak diteliti oleh peneliti.
Validitas dalam penelitian menyatakan derajat ketepatan alat ukur penelitian
terhadap isi sebenarnya yang diukur.
Uji validitas digunakan untuk mengukur
sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur
oleh kuesioner tersebut. Suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang
tinggi jika tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur
yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut. Suatu tes
menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan diadakannya pengukuran
dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah. Ada 3 jenis validitas
yang saling berhubungan, antara lain :
1. Konten Validitas
Merupakan instrumen
pengukuran yang menyediakan gambaran yang cukup mengenai topik yang akan
diteliti. Jika instrument terdiri atas perwakilan dari seluruh sample, konten
validitas nya bagus. Ini dapat ditentukan dengan perkiraan utama dan
berdasarkan intuisi. Ini juga dapat ditentukan dengan menggunakan panel
personal yang akan memperkirakan seberapa baik instrumen pengukuran sehingga
sesuai dengan standar, tapi tidak bisa digambarkan dengan perkiraan angka.
2. Standar Validitas
Merupakan kemampuan
untuk memprediksi hasil atau mengestimasi eksistensi dari
beberapa kondisi. Bentuk validitas ini menggambarkan keberhasilan pengukuran
sample yang digunakan untuk beberapa estimasi tujuan empiris. Standar yang
harus ada antara lain:
a. Relevan
b. Bebas dan bias
c. Reliabilitas
d. Ketersediaan informasi
Faktanya, standar validitas secara luas mengacu kepada
predictive validitas dan concurrent validitas. Bentuk dari kedua standar ini
berguna untuk memprediksikan performa di masa depan dan sesudahnya yang berkaitan
erat dengan validitas pengukuran. Standar validitas digambarkan sebagai
koefisien hubungan antara nilai uji dan beberapa pengukuran performa masa depan
atau antara nilai uji dan nilai pengukuran validitas.
3. Gagasan Validitas
Gagasan validitas ini bersifat kompleks
dan abstrak. Gagasan validitas merupakan pengukuran sample yang memprediksi
korelasi dengan hal-hal lain secara teoritis. Nilai uji gagasan validitas dapat
dibukukan sebagai teori explanatory. Dalam pengujian validitas terhadap
kuesioner, dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Validitas faktor
Validitas faktor diukur bila item yang
disusun menggunakan lebih dari satu faktor (antara faktor satu dengan yang lain
ada kesamaan). Pengukuran validitas faktor ini dengan cara mengkorelasikan
antara skor faktor (penjumlahan item dalam satu faktor) dengan skor total
faktor (total keseluruhan faktor).
2. Validitas item
Validitas item ditunjukkan dengan adanya korelasi atau
dukungan terhadap item total (skor total), perhitungan dilakukan dengan cara
mengkorelasikan antara skor item dengan skor total item. Bila kita menggunakan
lebih dari satu faktor berarti pengujian validitas item dengan cara
mengkorelasikan antara skor item dengan skor faktor, kemudian dilanjutkan
mengkorelasikan antara skor item dengan skor total faktor (penjumlahan dari
beberapa faktor).
Dari hasil
perhitungan korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi yang digunakan untuk
mengukur tingkat validitas suatu item dan untuk menentukan apakah suatu item
layak digunakan atau tidak. Dalam penentuan layak atau
tidaknya suatu item yang akan digunakan, biasanya dilakukan uji signifikansi
koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05, artinya suatu item dianggap
valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total.
Teknik pengujian
yang sering digunakan para peneliti untuk uji validitas adalah menggunakan
korelasi Bivariate
Pearson (Produk Momen Pearson). Analisis ini dengan
cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total. Skor total
adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Item-item pertanyaan yang berkorelasi
signifikan dengan skor total menunjukkan item-item tersebut mampu memberikan
dukungan dalam mengungkap apa yang ingin diungkap Valid. Jika r hitung ≥ r
tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item pertanyaan berkorelasi
signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).
Rumus Korelasi Product Moment :
Keterangan:
b.
Uji
Reliabilitas
Reliabilitas
berasal dari kata reliability.
Pengertian dari reliability (reliabilitas) adalah keajegan pengukuran. Reliabilitas menunjuk
pada suatu pengertian bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian
untuk memperoleh informasi yang digunakan dapat dipercaya sebagai alat
pengumpulan data dan mampu mengungkap informasi yang sebenarnya dilapangan.
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari peubah atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau
handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas
suatu test merujuk pada derajat stabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan
akurasi. Pengukuran yang memiliki
reliabilitas yang tinggi adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang
reliable.
Realibilitas adalah
indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali – untuk mengukur gejala
yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative konsisten, maka alat
pengukur tersebut reliable. Dengan kata lain, realibitas menunjukkan
konsistensi suatu alat pengukur di dalam pengukur gejala yang sama.
Reliabilitas tidak sama dengan validitas. Artinya pengukuran yang dapat
diandalkan akan mengukur secara konsisten, tapi belum tentu mengukur apa yang
seharusnya diukur. Dalam penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran
dari suatu tes tetap konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek
dan dalam kondisi yang sama. Penelitian dianggap dapat diandalkan bila
memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran yang sama. Tidak bisa diandalkan
bila pengukuran yang berulang itu memberikan hasil yang berbeda-beda.
Tinggi rendahnya
reliabilitas, secara empirik ditunjukan oleh suatu angka yang disebut nilai
koefisien reliabilitas. Reliabilitas yang tinggi ditunjukan dengan nilai rxx
mendekati angka 1. Kesepakatan secara umum reliabilitas yang dianggap sudah
cukup memuaskan jika ≥ 0.700.
Pengujian reliabilitas
instrumen dengan menggunakan rumus Alpha
Cronbach karena instrumen penelitian ini berbentuk angket dan skala
bertingkat. Rumus Alpha Cronbach sebagai
berikut :
Keterangan:
Jika nilai alpha > 0.7 artinya
reliabilitas mencukupi (sufficient
reliability) sementara jika alpha > 0.80 ini mensugestikan seluruh item
reliabel dan seluruh tes secara konsisten memiliki reliabilitas yang kuat.
Atau, ada pula yang memaknakannya sebagai berikut:
Jika alpha > 0.90 maka reliabilitas
sempurna. Jika alpha antara 0.70 – 0.90 maka reliabilitas tinggi. Jika alpha
0.50 – 0.70 maka reliabilitas moderat. Jika alpha < 0.50 maka reliabilitas
rendah. Jika alpha rendah, kemungkinan satu atau beberapa item tidak reliabel. Reliabilitas suatu
pengukuran penelitian dapat ditingkat berdasarkan atas dua aspek :
1. Dengan menstandarisasi
kondisi dimana pengukuran ditempatkan, contohnya kita harus meyakinkan bahwa jenis-jenis
sumber external seperti kebosanan, fatique dsb, diminimalisasi untuk perluasan
kemungkinan. Ini akan meningkatkan aspek stabilitas.
2. Dengan hati-hati mendesain arahan pengukuran dengan menggunakan
personal yang terlatih untuk memahami penelitian dan juga memperluas sample
yang digunakan. Ini akan meningkatkan aspek
kesamaan.
c.
Uji
Praktis
Karakteristik uji praktis
didalam alat pengukuran sample dapat di perkirakan dari faktor ekonomi,
kenyamanan dan interpretasi jika dilihat dari sudut pandang operasionalnya.
1. Faktor ekonomis
Pertimbangan ekonomis dilihat dari budget yang ideal
direncanakan untuk suatu penelitian dan sejauh mana budget tersebut
terealisasi. Metode pengumpulan data juga bergantung dengan faktor ekonomis.
2. Faktor kenyamanan
Faktor penentu kenyamanan jika alat
pengukuran sample mudah untuk digunakan. Untuk itu diperlukan adanya susunan
yang tepat dari alat pengkuran sample. Contohnya : Kuosioner, instruksi yang
jelas (diilustrasikan dengan contoh). Ini tentunya lebih efektif dan mudah
untuk melengkapi fitur-fitur yang kurang.
3. Faktor interprestasi
Item-item yang mempengaruhi interpretasi
alat pengukuran sample, antar lain:
a.
Pengarahan
detail untuk mengatur pengujian
b.
Kunci
scoring
c.
Bukti
tentang reliabilitas
d.
Petunjuk
untuk menggunakan pengujian dan untuk menafsirkan hasil.
2.6 Teknik Pengembangan Instrumen Measurement
Sampling
Menurut Kothari
(2004 : 77) teknik pengembangan alat pengukuran sample dipengaruhi oleh 4
tahapan proses, antara lain :
a. Konsep pengembangan
Didalam konsep pengembangan, para
peneliti harus mengerti secara luas konsep yang menyinggung tentang objek studi
penelitian.
b. Konsep dimensi
Merupakan pengembangan dari konsep yang
pertama. Konsep ini menggunakan pendekatan intuisi atau korelasi empiris dari
dimensi individual dengan total konsep atau konsep lainnya. Dimensi merupakan
himpunan dari partikular-partikular yang disebut indikator. Setiap dimensi
dalam satu konsep tidak harus mempunyai jumlah indikator yang sama.
c. Indikator pengembangan.
Indikator pengembangan digunakan
seorang peneliti untuk mengukur masing-masing elemen konsep. Indikatornya
adalah pertanyaan spesifik, skala atau peralatan lainnya yang diketahui oleh
responden, opini dan ekspektasi dll di ukur. Seorang peneliti juga harus
menentukan beberapa alternative tujuan penelitian. Penggunaan lebih dari satu
indikator memberikan stabilitas nilai dan juga meningkatkan validitas.
d. Pembentukan
index.
Ketika sampling penelitian mempunyai
elemen-elemen dimensi yang berbeda-beda maka perlu di kombinasikan kedalam satu
index (daftar). Ini diperlukan untuk mendapatkan skala nilai untuk merespon dan
menjumlahkan skor korespondensi. Kesemua index akan menyediakan alat pengukuran
sample yang baik daripada
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Measurement sampling (pengukuran sample)
penelitian merupakan tahapan terpenting. Dengan melakukan pengukuran sample
maka peneliti akan dapat mengerti proses dari pengkalifikasian dan
pengelompokkan sample. Ada 4 skala didalam desain measurement sampling, antara
lain adalah sebagai berikut, Skala Likert, Skala Guttman, Skala Semantik Deferensial, Skala Rating. Berikut dibawah ini adalah beberapa aspek yang memungkinkan berpengaruh
terhadap terjadinya berbagai kesalahan didalam pengukuran sample (Kothari, 2004:74) diantaranya, Responden, Situasi, Ukuran, Instrumen. Menurut Geoffrey Marczyk, Davide
Dematteo, David Festinger (2005:104), Ada beberapa pendekatan yang dapat
digunakan untuk meminimalisasi kesalahan pengukuran sample. Ini harus dimulai
semenjak tahapan desain pengukuran sample dan harus difokuskan kepada
pengumpulan data dan strategi pengukuran yang digunakan untuk mengukur variabel
dependent dan independent. Uji pengukuran sample harus melalui 3 tahapan test yaitu validitas,
reliabilitas dan praktis. Faktanya, ketiga uji pengukuran sample tersebut
merupakan pertimbangan terbesar didalam mengevaluasi suatu alat pengukuran. Validitas mengacu kepada perluasan uji
ukur mengenai apa yang akan kita ukur. Reliabilitas
harus dilakukan dengan prosedur pengukuran yang akurat dan teliti. Praktis menyangkut area yang luas dari
factor ekonomi, kenyamanan dan interpretasi. (Kothari, 2004:73). Menurut Kothari (2004 : 77)
teknik pengembangan alat pengukuran sample dipengaruhi oleh 4 tahapan proses,
yaitu, Konsep Pengembangan, Konsep
Dimensi, Indikator Pengembangan dan Pembentukan indek.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto, S. 2013. Prosedur
Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Djaali dan Muljono, P. 2007. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Endang Purwanti,
dkk, 2008, Assesmen Pembelajaran SD, Direktor Jenderal Pendidikan Tinggi,
Jakarta: Depdiknas.
Hamalik, Oemar. 1989. Metodologi pengajaran ilmu pendidikan. Jakarta: Mandar Maju.
Kothari, C.R. 2004. Research
Methodology : Method and Techniques. 2nd Reverse Edition. New Delhi : New
Age International (P) Limited, Publisher.
L. Jackson, Sherri. 2009. Research Methods and Statistics : A Critical
Thinking Approach.3rdEdition.
US. America : Wadsworth.
Mehrens,
W.A., & Lehmann, I.J. 1973. Measurement
and evaluation in education and psychology. New York: Holt, Rinehart and
Winston. Inc
Marczyk, Geoffrey. DeMatteo,
David DeMatteo. Festinger, David Festinger. 2005. Essentials of Research Design and Methodology. New Jersey : John
Wiley & Sons, Inc.
Suryabrata
Sumadi, Psikologi Pendidikan,
(Jakarta : Rajawali, 1984)
Sugiyono. 2013. Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.CV
_________2014. Metode
Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
_________2017. Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta, CV.
Comments
Post a Comment